Sepulang operasi penumpasan PKI/Muso di Madiun, beberapa anggota TP (nantinya menjadi Sie II Kie III) menginap di Markas Sie 332 yang dipimpin oleh Sadar Soedarsono. Markas tersebut berada di dekat Penjara Kebumen. Sebelum Belanda masuk kota Kebumen pada tanggal 19 Desember 1948, TP Sumardi dan kawan-kawan menyingkir ke Krakal dan bergabung dengan kawan-kawan TP Kie III yang datang dari Magelang (mereka mendapat jatah sekolah SMA Peralihan di Magelang) antara lain Rusmin Nuryadin, Maksoem Effendi, Iskandar, dan Rusnadi. Dengan bekal satu regu pucuk senjata, mereka kembali masuk ke dalam kota dan ikut membumihanguskan bangunan-bangunan di kota Kebumen, di antaranya meledakkan Pendopo Kabupaten menggunakan bom molotov.

Rusmin Nuryadin adalah pemuda asal Plarangan – Candi Karanganyar. Ia merupakan siswa di sekolah Taman Siswa Karanganyar, satu kelas dengan Sutoyo (Mantan Kades Sidomulyo). Sutoyo sendiri adalah putra Kades Sastrodiwiryo yang rumahnya tepat di sebelah selatan jalan raya, digunakan untuk perundingan Status Quo Kemit yang disaksikan oleh petugas dari Komisi Tiga Negara (KTN), sehingga rumahnya dikenal dengan sebutan “Rumah KTN”. Hingga tahun 1992, rumah bersejarah yang memiliki nilai penting bagi Indonesia bahkan dunia Internasional sebagai tempat perundingan KTN beserta meja dan kursinya masih terawat oleh pemiliknya. Namun, ruangan  dan tempat telepon hanya tinggal tanda serta tempat pemasangan kabel saja.

Oleh kawan-kawannya, Rusmin Nuryadin dikenal sangat pemberani dan merupakan penggerak para pemuda yang dapat diandalkan. Tidak mengherankan jika ia kemudian menjadi Komandan TRIP. Kawan-kawan dekat Rusmin Nuryadin antara lain Sutoyo (Panjatan), Sudir Kramarejo alias Gareng (Panjatan), S. Mulyono Santoso (Panjatan: Pangawal Presiden Soekarno selama 8 bulan – bekerja menjadi petugas penjaga telepon dari KTN – petugas pemasang papan Status Quo), Cipto (Panjatan), dan Sadio (Panjatan).

Salah satu kehebatan strategi Rusmin Nuryadin di medan pertempuran yang melegenda adalah dengan modal satu pucuk senjata di tangannya, ia berhasil mendapatkan berpuluh-puluh senjata dari hasil pencegatan dan penyerbuan terhadap Belanda. Pasukan TP yang dipimpinnya dikenal sangat produktif memperoleh senjata.

Rusmin Nuryadin nantinya menjadi Kepala Staf TNI AU berpangkat Marsekal. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Namanya diabadikan menjadi nama Lapangan Udara Rusmin Nuryadin Pekanbaru. Kiprah Rusmin Nuryadin diikuti pula oleh adiknya yang bernama Rusman Nuryadin yang juga berpangkat Marskal TNI AU.

 

Oleh: Ravie Ananda
Kebumen, Senin Paing 20 Juli 2020

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2020/07/rumah-dinas-bupati-kebumen-1-1024x768.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2020/07/rumah-dinas-bupati-kebumen-1-140x140.jpgAnanda. RSejarahCatatan Sejarah Kebumen,Saksi Sejarah Kemerdekaan Indonesia,Sisi Gelap Sejarah KebumenSepulang operasi penumpasan PKI/Muso di Madiun, beberapa anggota TP (nantinya menjadi Sie II Kie III) menginap di Markas Sie 332 yang dipimpin oleh Sadar Soedarsono. Markas tersebut berada di dekat Penjara Kebumen. Sebelum Belanda masuk kota Kebumen pada tanggal 19 Desember 1948, TP Sumardi dan kawan-kawan menyingkir ke Krakal...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila