Yulius Yuwana saat mengajar dengan Metoda APA2MON
Yulius Yuwana saat mengajar dengan Metoda APA2MON

APA2MON (dibaca opo tumon), terdiri dari dua kata berasal dari bahasa Jawa khususnya Jawa Tengah dan sekitarnya, Apa dan Tumon, APA berarti Apa, sebuah kata tanya, TUMON berarti mengetahui atau mengerti atau melihat atau menemukan, bila digabungkan menjadi multi arti, bergantung pada bagaimana cara mengucapkannya dalam bahasa Jawa, bisa diucapkan sebagai kalimat tanya.

 

 

 

“Hee Paijan, kowe apa Tumon si Darto, wis suwe ora katon?” artinya:

“Hee Paijan, apa kamu mengetahui si Darto, sudah lama tidak kelihatan?”

Lain lagi bila “Apa Tumon jebul si Darto malinge”.

Artinya “ Siapa menyangka ternyata si Darto pencurinya”.

TUMON kami tuliskan dengan tulisan gaul yaitu 2MON yang dibaca tumon, sedang angka 2(two) mempunyai makna: “aku dan bukan aku” artinya “aku sebagai pembimbing dan bukan aku sebagai anak didik”.

Waktu saya kecil saya banyak diberi petuah oleh beberapa orang tua kami, misalkan dalam bahasa jawa.

wong takon lan wong jawab iku angel sapa?, Wong nggawe pitakonan iku ora gampang, lan wong nggawe jawaban iku ya ora gampang. Yen arep takon iku, kudu ngerti sapa sing ditakoni, yen bisa gathuk iku mesti padha senenge lan padha betahe, semana uga yen kowe arep crita bab apa wae, kudu ngerti sapa sing dicritani, yen gathuk bakal gawe seneng sing crita, ya sing dicritani, dadi kabeh mau aja rumangsa luwih pinter, menang lan aja nganti dadekake wong liya rumangsa bodho”

artinya:

Orang bertanya dengan orang menjawab siapa yang sulit?, orang membuat pertanyaan itu tidak mudah dan orang membuat jawaban itu juga tidak mudah. Bila akan bertanya itu, harus mengerti siapa yang diberi pertanyaan, bila bisa tepat, itu pasti sama-sama menyenangkan dan asyik, demikian juga bila kamu bercerita tentang apa saja, harus mengerti siapa yang diajak cerita, bila tepat akan membuat senang, baik yang bercerita maupun yang diajak cerita, Jadi semua itu jangan sampai merasa lebih pintar, dan jangan sampai membuat orang lain merasa dirinya bodoh.”

Jadi dasar pemikirannya sederhana pembimbing belajar harus memahami atau mengerti atau tumon tentang dua hal yaitu AKU dan BUKAN AKU, harus saling menumbuhkan sesuatu yang indah dan menyenangkan.