Bangunan TK Trisula Kebumen, menjadi saksi bisu semangat kemerdekaan Bung Karno
Bangunan TK Trisula Kebumen, menjadi saksi bisu semangat kemerdekaan Bung Karno

Sekilas Taman Kanak – kanak  TRISULA dan BUSTANUL ATFAL (AISIYAH) yang terletak di kelurahan Kebumen adalah tempat pendidikan anak seperti yang lain. Banyak ketidaktahuan masyarakat Kebumen bahwa tempat tersebut adalah saksi bisu semangat merdeka Bung Karno yang kemudian menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Kisah ini merupakan hasil wawancara dengan salah satu tokoh pejuang  Kebumen H. Darmansyah Alm. (mantan Camat ; Sekretaris DHDC 45) setahun yang lalu.

 

Semangat untuk merdeka pemuda Indonesia yang mulai tercetus pada tanggal 28 Oktober 1928 terus bergulir dan berkobar hingga di kabupaten Kebumen. Banyak terbentuk laskar – laskar kepemudaan yang semuanya mempunyai satu visi dan misi untuk mencapai kemerdekaan. Cabang  dari kelaskaran tersebut pun menjangkau hingga daerah Kebumen, salah satunya ialah gerakan Marhenisme.

 

Pada tahun 1930 Bung Karno yang ketika itu beristri Bu Inggit, datang ke Kebumen dalam rangka mengobarkan semangat perjuangan dan kemerdekaan. Kegiatan tersebut dikemas dalam sebuah acara kamuflase dari laskar Marhen yang berjudul “ Seminar Buta Huruf “. Untuk lancarnya kegiatan tersebut, serempak di beberapa sudut kota Kebumen diadakan kegiatan yang sama dengan tujuan Ceramah Bung karno tidak tercium Belanda. Bung Karno sendiri kemudian berceramah di salah satu tempat kegiatan di kelurahan Kebumen tepatnya di tempat yang sekarang menjadi Taman kanak – kanak (TK) TRISULA gang Melati. Sementara kegiatan itu berlangsung, Ibu Inggit bermalam di tempat yang sekarang menjadi Taman kanak – kanak BUSTANUL ATFAL (AISIYAH) di jalan Pramuka.

 

Kegiatan Seminar Buta Huruf yang di dalamnya menjadi suatu acara musyawarah Bung Karno dengan Tokoh Kebumen tersebut pun ternyata tetap tercium mata – mata Belanda. Karena di dalamnya tercetus suatu rumusan gerakan bahwa “ Tahun 1945 Kita harus Merdeka “, maka Bung Karno pun diikuti Belanda dan kemudian ditangkap di daerah Purworejo.

Sementara itu S. Dwidjosoedarmo seorang guru pendiri Perguruan Taman Siswa Kebangsaan di Kebumen (Ayah Heru Subagyo; Kepala Bagian Produksi Mexolie tahun 1951-1968) ditangkap pula oleh Belanda Karena tertangkap  basah bersalaman dengan Soekarno pada acara Seminar Buta Huruf tersebut. S. Dwidjosoedarmo sendiri adalah salah satu kawan erat Soekarno sejak di Yogyakarta. Ia kemudian akan diasingkan di Boven Digoel Irian. Akan tetapi atas pertolongan Ndoro Patih Kebumen akhirnya beliau hanya di pindah tugaskan sebagai guru di Daerah Banjurpasar – Buluspesantren, Kebumen.

Kegiatan Seminar Buta Huruf tersebut terabadikan dalam sebuah foto “Masyarakat Marhein kelurahan Kebumen dengan Bung Karno” yang disimpan oleh Bapak Wignyo (salah seorang anggota Marhein saat itu; bertempat tinggal di ujung Gang Platuk kelurahan Kebumen). Sayang sekali ketika setahun yang lalu penulis bersama H. Darmansyah Alm. ingin meminjam foto tersebut dari ahli warisnya, dikatakan bahwa foto tersebut tidak ada lagi (entah hilang; entah rusak). Terlepas dari semua itu, dengan riwayat ini membuktikan bahwa kebumen tidak kalah pentingnya dibanding daerah lain dalam pergerakan mencapai kemerdekaan.

Salam Pancasila!

 

Oleh: Ananda. R – Kebumen, Sabtu Pahing 9 Maret 2013

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2013/03/tk-trisula-kebumen-5.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2013/03/tk-trisula-kebumen-5-140x140.jpgAnanda. RSejarahBerburu Jejak Soekarno di Kebumen,Buku Sejarah Kebumen,Catatan Sejarah Kebumen,Pengawal Presiden Soekarno dari Kebumen,Saksi Sejarah,Saksi Sejarah Kemerdekaan Indonesia,Tempat-tempat Bersejarah di KebumenSekilas Taman Kanak – kanak  TRISULA dan BUSTANUL ATFAL (AISIYAH) yang terletak di kelurahan Kebumen adalah tempat pendidikan anak seperti yang lain. Banyak ketidaktahuan masyarakat Kebumen bahwa tempat tersebut adalah saksi bisu semangat merdeka Bung Karno yang kemudian menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Kisah ini merupakan hasil wawancara dengan...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila