Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/ Tosan Aji Kebumen
Panjer adalah sebuah Kadipaten/Kerajaan Kuno yang kemudian berubah nama menjadi Kabupaten Kebumen pada tahun 1936. Pada saat Kadipaten masih bernama Panjer, ibukota/kotarajanya berada di Panjer (kini menjadi kompleks Mexolie/Sarinabati yang dibangun oleh Belanda di desa Panjer pasca pembumihangusan Pendopo Agung Panjer pada tahun 1831 dan mulai beroperasi dalam skala besar pada tahun 1851).
Keberadaan Kadipaten Panjer sendiri telah diketahui sejak lama. Di dalam Babad Kadhiri disebutkan bahwa pada masa itu telah dikenal adanya Kadipaten Panjer sebagai sebuah wilayah yang ramai serta dikenal pula adanya Sendang Kalasan yang pada masa itu terkenal khasiatnya untuk media pengobatan serta sebagai tempat ritual mandi/pembersihan diri para raja- raja Jawa.
Pamokshan Maha Patih Gajah Mada/Eyang Sabda Palon di Panjer (berada di dalam kompleks mexolie Panjer) juga menguatkan bahwa kabupaten Panjer sejak dahulu telah memiliki fungsi penting dalam ranah Kenusantaraan. Hilangnya sosok Gajah Mada dalam perjalanannya ke barat setelah peristiwa Bubat hingga kini memang masih menjadi misteri. Salah satu penguat keberadaannya adalah situs Pamokshan Gajah Mada/Eyang Sabda Palon Panjer yang berkaitan erat dengan situs Punden Majapahit (tempat dimurcakannya pusaka – pusaka penting Majapahit) di sawah Majapahit yang berada di desa Sadang Wetan.
Keberadaan Panjer secara implisit juga disebutkan dalam babad Kejayaan Kataram. Dalam babad tersebut disebutkan bahwa Ki Ageng Pemanahan sebelum mendirikan desa Mataram yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Mataram, meminta pertimbangan terlebih dahulu kepada Ki Gedhe Karang Lo (salah satu tokoh penting dari Karang Lo Panjer waktu itu). Ini berarti bahwa Panjer telah memiliki dan menduduki fungsi penting dalam ranah pemerintahan berskala luas pada masa itu (Demak dan Pajang).
Rijklof Van Goens, seorang sejarawan Belanda mencatat bahwa dalam lima kali kunjungannya ke Mataram, diketahui bahwa Mataram mengalami jaman keemasan di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ketika itu memiliki lumbung padi terbesar di Panjer dengan bupatinya yang bernama Ki Soewarno. Usaha penyerangan Belanda terhadap lumbung terbesar Mataram Sultan Agung yang berada di Panjer melalui Urut Sewu (Petanahan) berhasil digagalkan oleh Ki Badranala bersama Ki Singapatra (mertua Ki Badranala) dimana Ki Badranala kemudian dijadikan Senopati pada ekspedisi penyerangan Mataram ke Batavia dan berhasil memporak-porandakan pertahanan Belanda di benteng Solitude (kini menjadi Masjid Istiqlal).
Peristiwa perginya Pangeran Bumidirjo dari Kraton Mataram ke Panjer (akibat berselisih dengan Amangkurat I) diterima baik oleh Ki Gedhe Panjer. Selanjutnya Pangeran Bumidirdjo diberi tanah di tepian sungai Luk Ula untuk bermukim. Pemberontakan Trunojoyo pada tanggal 2 Juli 1677 berhasil merebut kraton Mataram dari Amangkurat I dan mengakibatkan Raja Mataram ini mengungsi ke Panjer. Pertahanan terbesar Pangeran Dipanegara di Kabupaten Panjer hingga masa perundingan pertama di Roma Kamal Jatinegara (Sempor) dan perundingan kedua di Kejawang sebagai masa akhir perangan Pangeran Dipanegara di Panjer melawan Belanda pun melibatkan pasukan Panjer di bawah kepemimpinan Kolopaking IV (Penguasa Panjer saat itu) sebagai kekuatan utamanya (baik pasukan, logistik, maupun persenjataan) yang mengakibatkan peristiwa penyerangan besar – besaran kotaraja Panjer sebagai pusat pemerintahan hingga pembumihangusan Pendopo Agung Panjer oleh Belanda saat itu. Selanjutnya pemerintahan transisi Panjer pun didirikan di desa Baniara Karangsambung. Perlawanan sengit pasukan Panjer menyebabkan Belanda mendatangkan bala bantuan yang cukup banyak dari Batavia dan luar Jawa yang kemudian dalam perjalannya terbentuklah sebuah Benteng di Gombong sebagai pertahanannya. Pada awal terbentuknya kabupaten Banjarnegara, Belanda mengambil tokoh Panjer sebagai bupati di sana hingga beberapa keturunan. Data – data di atas memperkuat fakta bahwa Panjer memang mempunyai peran yang sangat besar dalam perjalanan sejarah nusantara khususnya di pulau Jawa.
Peristiwa Perang Kemerdekaan juga menjadikan Panjer sebagai tempat yang sangat berarti. Markas Kempetai Jepang di Kebumen yang menggunakan Mexolie Panjer, Tentara Australia yang menggunakan Panjer sebagai markas saat Perang dunia I (di Gedung Gembira), Batalyon 64 Kebumen yang bertempat di Mexolie/Sarinabati, Jebolnya pertahanan TNI di Mexolie/Sarinabati Panjer yang mengakibatkan berhasilnya Belanda menguasai ibukota Indonesia di Yogyakarta pada Agresi Militer Belanda ke II, meletusnya pertempuran AOI melawan TNI di areal Mexolie Panjer, dan lain – lain menambah lengkap data betapa pentingnya Panjer dari masa ke masa.
Melihat adanya desa Mataram yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Mataram dikarenakan mempunyai pemerintahan tersendiri dapat menjadi acuan pendukung terhadap Kadipaten Panjer yang sejak jaman Kediri telah dikenal ramai tersebut sebagai Kerajaan Panjer sesungguhnya (meski riwayatnya telah dihilangkan). Hal ini didukung oleh fakta-fakta bahwa secara Genetika Historis, Panjer dari masa ke masa selalu mempunyai peranan penting. Bahkan para Raja dan tokoh-tokoh besar Jawa saat itu memilih Panjer sebagai tempat untuk mengungsi, bertahan ataupun moksha.
Bekas Kerajaan Kediri yang hilang setelah Belanda mengubahnya menjadi Pabrik Gula Mamenang Kediri kiranya memiliki persamaan nasib dengan Kerajaan Panjer Kuno yang kemudian diubah menjadi Pabrik Mexolie/Minyak Kelapa Sarinabati Panjer. Satu hal yang sangat disayangkan adalah “Nyaris hilangnya riwayat Panjer Kuno baik dalam masyarakat di wilayah tersebut maupun dalam pengetahuan masyarakat Kabupaten Kebumen pada umumnya”. Kurangnya perhatian dan pemeliharaan serta perusakan terhadap situs bangunan peninggalan bersejarah dan budaya masa lampau yang terdapat di daerah itu tentunya sangat memprihatinkan, mengingat Panjer adalah cikal bakal berdirinya Kabupaten Kebumen yang telah dikenal sejak 1000 tahun yang lalu sebagai salah satu wilayah yang diperhitungkan dalam ranah nasional. Meskipun kotaraja Panjer kini telah berubah menjadi desa/kelurahan, Panjer tetap khas dengan rasa dan suasana masa lampaunya.
Maksud
Dilatarbelakangi sejarah tersebut di atas, maka sudah seharusnya sebagai warga Panjer khususnya dan warga Kebumen pada umumnya untuk menjaga riwayat besar Panjer yang kini beralih nama menjadi Kabupaten Kebumen agar tidak hilang baik karena sengaja ditumpuk sejarahnya oleh para pendatang maupun karena ketidakperdulian pemerintah dan masyarakatnya akan hal sejarah, adat-istiadat, dan budaya yang mungkin kurang menguntungkan secara finansial.
Adanya wacana pembangunan situs Mexolie/Sarinabati menjadi Kawasan Wisata Terpadu dan Perhotelan kiranya akan semakin mengubur riwayat asli Kabupaten Panjer/Kebumen yang telah meduduki peran penting dalam konteks perjuangan bangsa sejak dahulu kala.
Salah satu cara untuk mempertahankan riwayat tersebut (meski tinggal sebatas riwayat dikarenakan situs Mexolie/Sari Nabati rencananya segera diubah total menjadi kawasan wisata dan perhotelan) adalah dengan diadakannya “ Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen” di desa Panjer setiap tahun yang jatuh pada Bulan Sura/Muharram pada hari yang telah ditentukan (Selasa Kliwon, Rabu Kliwon, atau Jumat Kliwon).
Tujuan
Tujuan dari “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen” adalah:
- Untuk meningkatkan kecintaan dan semangat nasionalisme generasi muda, warga dan seluruh keturunan Panjer khususnya serta warga Kebumen pada umumnya.
- Mengenang Panjer dan fungsi pentingnya di masa lalu dalam ranah perjuangan (meski situs Panjer mungkin telah berubah menjadi kawasan Perhotelan dan Café).
- Menyelaraskan energi spiritual makrokosmos dan mikrokosmos untuk menguatkan jiwa dan nafas kepribadian Nusantara (Pancasila) generasi muda dan warga Kebumen.
Peserta
“ Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen” bersifat terbuka (selain diikuti oleh warga dan keturunan Trah Pejuang Panjer baik; Badranala, Kolopaking, Jamenggala, Singapatra, Imanadi, Kyai Welaran, Trah Bupati Banjarnegara dll, juga dapat diikuti oleh siapa saja yang berminat; baik Warga dari luar Kebumen, Ormas, Instansi Pemerintah, Instansi Swasta, TNI, POLRI, Organisasi Kesenian dll)
Agenda
Tata Urutan “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen” adalah sebagai berikut:
1. Ritual pengurasan dan pengambilan air Sendang Kalasan pada malam sebelum kirab berlangsung (diikuti oleh siapa saja yang berminat).
Urutan Acara:
– Pembukaan
– Sambutan
– Doa Bersama
– Pengurasan Sendang Kalasan
– Pengambilan Air Sendang Kalasan untuk meruwat Bumi
– Nyekar/Ziarah di Makam Leluhur di Situs Mexolie/Sari Nabati Panjer(Situs Bekas Makam Penguasa Panjer Kuno, Pamokshan Gajah Mada dan Pertabatan Panjer); untuk Mbah Blesek, Mbah Marga Ewuh, Mbah Sriti, Ki Badranala dan Kolopaking menyesuaikan (dapat dilakukan oleh trah masing – masing)
– Penutup
2. “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen”
Urutan Acara:
– Pembukaan
– Sambutan
– Pembacaan Sejarah Panjer
– Doa Pelepasan
– “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen”
– Tahlil Bersama
– Doa Penutup
– Perebutan Tumpeng Hasil Bumi
3. Pagelaran Ebleg Ruwat Singa Mataram Panjer
Susunan Acara:
– Pembukaan
– Sambutan
– Pembacaan Sejarah Kesenian Ebleg
– Pagelaran Ebleg Pakem Ruwat Singa Mataram Panjer
Rute “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen”
Pabrik Mexolie/Sarinabati Panjer atau Situs Kebun Raja (Alun – alun Panjer Kuno)/KODIM 0709 Kebumen – Jl. Pemuda – Jalan Gelatik (situs Makam Mbah Blesek, Mbah Margi Ewuh, dan Mbah Sriti) – Jalan Kutoarjo – PGSD – Pamokshan Gajah Mada/Pertabatan Raja Panjer – Kembali lagi ke Pabrik Mexolie/Sarinabati Panjer atau Situs Kebun Raja (Alun – alun Panjer Kuno).
Urutan “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen”
- Spanduk “Kirab Budaya Ruwat Bumi Situs Kerajaan Panjer Kuno dan Kirab Pusaka/Tosan Aji Kebumen”
- Bendera Merah Putih dan Panji – panji
- Prajurit – Prajurit/Barisan Pembuka
- Peruwat dan Barongan Ki Singa Mataram dan Pusaka – pusaka
- Gamelan
- Gunungan Hasil Bumi, Tumpeng Kuat, dan Peserta Kirab
- Kesenian
Oleh : R. Ravie Ananda, S. Pd
https://kebumen2013.com/kirab-budaya-ruwat-bumi-situs-kerajaan-panjer-kuno-dan-kirab-pusaka-tosan-aji-kebumen/https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/09/ruwat-bumi-situs-panjer-kuno-dikirab.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/09/ruwat-bumi-situs-panjer-kuno-dikirab-140x140.jpgBudayaCatatan Sejarah Kebumen,Kirab Pusaka di Kebumen,Kirab Ruwat Bumi di Kebumen,Sisi Gelap Sejarah Kebumen,Tempat-tempat Bersejarah di KebumenPanjer adalah sebuah Kadipaten/Kerajaan Kuno yang kemudian berubah nama menjadi Kabupaten Kebumen pada tahun 1936. Pada saat Kadipaten masih bernama Panjer, ibukota/kotarajanya berada di Panjer (kini menjadi kompleks Mexolie/Sarinabati yang dibangun oleh Belanda di desa Panjer pasca pembumihangusan Pendopo Agung Panjer pada tahun 1831 dan mulai beroperasi dalam skala...Ananda. RAnanda. R[email protected]Author"Fakta dan data sejarah akan datang seiring pudarnya sejarah itu sendiri, karena pada hakikatnya sejarah adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa dipungkiri sebagai pohon semesta yang kokoh berakar. Alam memiliki mekanisme ajaib dalam memunculkan kebenaran seperti juga masa depan yang menunjukkan jalannya sendiri" - Ravie AnandaYayasan Wahyu Pancasila