Pertabatan Panembahan Senopati / Danang Sutawijaya Kaligending – Kebumen
Pertabatan Danang Sutawijaya Kaligending – Kebumen (Tempat Bertapabratanya Danang Sutawijaya / Panembahan Senapati)
Pertabatan Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati/Raja I Mataram Islam) berada di Desa Kaligending Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, lebih kurang 15 Km arah utara dari kota Kebumen. Di tempat ini Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati didampingi oleh Ki Juru Mertani melakukan “tapabrata” sebelum menjadi Raja I Mataram Islam. Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati berguru Ilmu kanuragan kepada beberapa guru di Kadipaten Panjer, mulai dari Mirit, Ambal, Bocor, hingga ke Kaligending. Di Kaligending, Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati berguru pada Ki Ageng Gending. Ilmu dari guru –gurunya di Kadipaten Panjer teruji ketika masa awal pemboikotan upeti Mataram kepada Pajang dimana Danang Sutawijaya diserang secara tiba – tiba oleh Demang Bocor menggunakan “Keris Pusaka Kyai Kebo Dengen”. Meskipun tidak dapat terlukai, Danang Sutawijaya tidak merasa marah dan dendam kepada Demang Bocor, Ia bahkan memaafkannya. Hal ini menjadikan para pemimpin di wilayah Bagelen dan Banyumas semakin merasa hormat dan loyal kepada Danang Sutawijaya/Panembahan Senopati hingga akhirnya Ia berhasil menjadikan Mataram menjadi kerajaan setelah menaklukkan Pajang. Selanjutnya, Ki Ageng Gending sendiri mengakhiri hidupnya dengan Moksha/Murca.
Salah satu ajaran hidup dari Ki Ageng Gending kepada Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati, diteruskan juga kepada generasi raja Mataram setelahnya dan ketika Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang juga menjadikan kadipaten Panjer sebagai pusat Logistik Perangnya melawan VOC di Batavia, ajaran yang juga diamalkan oleh Sultan Agung diabadikan dalam sebuah kitab karya Beliau yang terkenal dengan sebutan Kitab Sastra Gending.
Menurut Babad Tanah Jawa, Ki Juru Mertani adalah sosok yang pemilik Wahyu Penurun Ratu, akan tetapi sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa, wahyu itu berpindah kepada Ki Ageng Pemanahan yang meminum habis air kelapa bertuah milik Ki Juru Mertani (dalam babad disebut Ki Ageng Giring). Ia sadar akan takdir tersebut sehingga kemudian mengikhlaskannya, akan tetapi Ki Juru Mertani juga memberitahukan bahwa Wahyu Ratu itu hanya sampai pada Tujuh Generasi/Turunan. Ternyata di kemudian hari kata – kata Ki Juru Mertani menjadi kenyataan karena Kerajaan Mataram akhirnya pecah menjadi dua setelah generasi Raja yang ke tujuh (Amangkurat IV/Amangkurat Jawa). Ki Juru Mertani sendiri hingga akhir hidupnya menjadi Penasehat dan Patih dari Kerajaan Mataram sekaligus menjadi Pemomong Wahyu Ratu.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Ki Ageng Giring merupakan Sosok yang berbeda dengan Ki Juru Mertani. Literatur yang sangat minim menyebutkan bahwa Ki Ageng Giring adalah putra dari Brawijaya IV, akan tetapi jika mengacu pada Serat Silsilah, tidak diketemukan nama Ki Ageng Giring dalam alur Brawijaya IV. Hal ini menguatkan bahwa Ki Ageng Giring adalah nama lain dari Ki juru Mertani.
Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati dan Ki Juru Mertani sendiri pada akhir hidupnya dimakamkan di pemakaman Raja Kotagedhe Yogyakarta. Namun demikian, wadag kasukman Beliau sering sekali berada di Pertabatan Kaligending (tinjauan sisi spiritual dan metafisik).
Jumat Kliwon, 22 Maret 2013
Oleh: Ananda. R
Banyak informasi sejarah Kebumen pada masa sebelum Kerajaan Mataram (Islam), yang belum saya ketahui. Diantaranya adalah tempat Tapabrata Danang Sutawijaya ((Panembahan Senopati) di Kali Gending. Apabila Ki Ageng Gending “moksa”, di mana tempat moksanya? Juga, di mana lokasi Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati) bertapabrata? Terimakasih atas perhatian dan tanggapan.
semua ada di kaligending lebih tepatnya di dukuh nduet
trimaksih mas bambang…ki ageng gending moksa di pertabatan danang sutawijjaya. didalam ada 3 situs yakni pamoksan ki ageng gending, dan 2 lainnya adalah tempat bertapa brata danangsutawijaya dan ki juru mertani sebagai pemomong wahyu ratu…kalo makam sutawijaya dan ki juru mertani ya di kotagedhe yogyakarta.tapi beliau berdua lebih sering lenggah wonten pertabatan kaligending…menawi wonten wekdal sumonggo sowan wonten mriko, insyaalloh katah dipun rawuhi..dayane ageng.
Mas saya tertarik dengan literatur panjemgn boleh saya minta no panjengan
Sedulur…,
Emas akan tetap mulia… tidak perlu argumen atau memperdebatkan kemuliaan emas walaupun ditempatkan didalam lumpur.
Urgensinya bukan dimana Patih Gajah Mada moksa.. tapi semangat perjuangan dan pengabdian sejati beliau yang harus kita warisi sebagai generasi penerus negeri ini.
Semegah apapun bangunan itu “dia” rela tidak mendapat pengakuan walaupun semua hati akan mengakui bahwa “dia” adalah komponen sangat penting atas berdirinya sebuah bangunan itu. “Dia” adalah “air”.
Tidak pernah bisa dinafikan, sejarah perjalanan berdirinya bangsa besar ini adalah dari timbunan nyawa, jiwa, raga dan darah para pejuang Allah dibumi Panjer, Kedu dan sekitarnya.
Walau tanpa “Mahkota Dunia” semua mata dunia dan sejarah mengakui bahwa ribuan bahkan jutaan nyawa dan raga “pahlawan dan mujahid sejati” dari Panjer adalah tulang punggung besar dalam perang suci dari masa ke masa dalam sejarah nusantara dan sejarah negeri ini.
Masa Perang Sultan Agung…, masa Perang Pangeran Diponegoro…, dan saat Ibukota Republik tercinta ini sudah dicaplok NICA dan BELANDA, saat Bung Sukarno dan Bung Hatta ditangkap dan dibuang ke peng-ASING-an…, Saat itu…! Dunia masih mau mengakui Republik ini karena “Perang Gerilya” para MUJAHID ALLAH yang dipimpin Kyai Mas.
Sejarah mencatat dan mengakui jutaan nyawa dan raga MUJAHID ALLAH dari Panjer, Kedu dan sekitarnya yang dipimpin Kyai Mas (Jenderal Agung Sudirman) rela dan ikhlas dipersembahkan demi berdirinya bangunan rumah besar yang kita cintai “Republik Indonesia”.
Sejarah zaman telah mencatat hanya jiwa-jiwa ikhlas yang akan mewarisa semangat para BANGSAWAN ALLAH… karena dia manggunakan ilmu “air”. Wallahualam.
Salam dan Sholawat kita haturkan kpd Nabi Muhammad SAW dan limpahan Rahmat kpd Nabi Khidir AS.
minta tolong para sesepuh, nama saya Hamdani Sutawijaya. apakah diantara para yang hadir ada silsilah dari Sutawijaya.
hub : 0812 1452 8324
Assallamu allaikum mas alwi nama saya EDIPURWANTO cangah saya asal kebumen namanya DIPA SENTIKA menurut cerita keluarga asalnya dari mataram tidak ada tujuan lain saya hanya ingin tau silsilah keluarga
Maaf ini dengan edi siapa? Apakah Mbah dipa sentika yg di sangubanyu?
Di Kradenan Ambal sendiri terdapat makan garwo selir ki ageng Sutowidjodjo, ingkang asmo Nyai Ageng Tjenting. Hanya saja tidak ada catatan tertulis.
Assalamualaikum, Aku Hari Juniawan asal Dukuh Welaran (Makam Mbah Gedibrah/ Bambang Pujoseno) Desa Tambakagung Kecamatan Klirong, Kebumen. Cerita Nenek ku (sudah meninggal, asal Krujon Desa Podoluhur, Klirong), Mbah Buyut ku bernama Mbah TRA SENTIKA (Mbah Sitra), dari Mbah Buyut ke Canggah dan ke atasnya lagi gak ada yang tau karena ibu ku anak tunggal, siapa tau di sini ada yang bermarga Sentika juga… cuma ingin tau silsilah keluarga, mudah-mudahan nyambung silaturahmi, suwun
Assalamualaikum. Eyang bulut saya bernama Surowijoyo, dari catatan keluarga, beliau kemungkinan berasal dari Gombong, sedangkan silsilah dari Ibu beliau ke Wongsonegoro Panjer Kebumen. Saya ingin mengetahui silsilah dari garis ayah beliau. mungkin ada yang memiliki info terkait nama Surowijoyo. Terima kasih sebelumnya.
Assalamualaikum,
Istri saya juga katanya masih ada keturunan Sutawijaya…
Urutannya silsilah istri saya :
Sutawijaya
Wiradrana
taruna ngali
dst….
Apakah anak Sutawijaya ada yg nama wiradrana….
Makamnya juga dikebumen daerah Krakal
Katanya…
Mbok ada yg tau nama nama di atas
Hub. 085236100919