Tradisi Suran Kirab Budaya Ruwat Bumi Panjer Sebagai Simbol Kejayaan
Tradisi Kirab Budaya Ruwat Bumi Panjer setiap bulan Sura/Muharram yang kembali dihidupkan sejak tahun 2010 lalu ternyata sangat disakralkan dan dijadikan simbol kesuksesan oleh NV. Oliefabrieken Insulinde/Mexolie Kebumen yang ketika itu masih dalam kekuasaan Belanda. Bahkan setelah perundingan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949 dimana sebagai konsekwensinya Mexolie kembali dikelola oleh Belanda hingga tahun 1958 tradisi suran Kirab Budaya Ruwat Bumi Panjer menjadi keharusan. Tradisi ini terus berlangsung hingga tahun 1980. Setelah Penyerahan pengelolaan Mexolie dari pemerintah Belanda kepada Indonesia pada 1958, Mexolie diubah namanya menjadi Sarinabati.
Tradisi Kirab Panjer pada masa lalu sangat sakral dan meriah. Diawali dengan penyembelihan “kerbau bule” yang kemudian kepalanya dikirab mengelilingi pabrik Mexolie diiringi alunan musik gamelan diteruskan dengan penguburan kepala kerbau di salah satu lokasi sakral di dalam pabrik. Setelah prosesi tersebut, agenda selanjutnya adalah pagelaran wayang kulit di halaman pabrik Mexolie. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh keluarga besar Mexolie dan warga masyarakat dengan sangat antusias dan khidmat.
Seiring berjalannya waktu, kirab ini dihentikan tanpa sebab yang jelas (sejak pergantian direksi pada tahun 1980). Mulai saat itu pula, Sarinabati yang dahulu merupakan pabrik minyak pertama dan terbesar di Indonesia (bahkan satu – satunya yang masih ada hingga kini) mengalami kemunduran hingga akhirnya bangkrut dan ditutup pada tahun 1986.
Dengan dihidupkannya kembali Tradisi Kirab Budaya Ruwat Bumi Panjer setiap bulan Sura/Muharram, diharapkan ada feedback positif baik di bidang budaya lokal maupun kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan tentunya semakin membangkitkan kembali kesadaran dan semangat kecintaan terhadap NKRI yang selama ini terninabobokan. Salam Pancasila!
Oleh: Ananda. R
Kebumen, Senin Kliwon 9 Juni 2013