Kumpulan puisi ini saya beri judul ONTOLOGI PUISI TIMUR “JEJAK SETAPAK SANG SUFI”. Sengaja tercipta dalam sebuah perenungan akan hakikat hidup yang telah dapat terasa dalam keseharian raga, batin, dan ruh saya sebagai manusia yang dilekati daya cipta, rasa, dan karsa oleh sang Pencipta. Semua itu saya tuangkan dalam rangkaian huruf yang mewakili rasa, pemikiran dan keyakinan pribadi yang tersimpan rapi dalam diksi dan tipografi sederhana yang mungkin malu menampakkan jatidirinya dihadapan mata- mata pembaca dan pemerhati puisi ini.

Ini adalah karya saya yang juga lahir oleh dorongan formalitas sebagai seorang mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah ( FKIP PBSID ) yang harus menyelesaikan tugas membuat kumpulan puisi ketika menempuh mata kuliah Puisi 3 di Universitas Muhammadiyah Purworejo pada tahun 2001/2002 silam. Terimakasih kepada dosen Puisi 3 saya , Drs. Wijaya Heru Santosa M.Hum yang telah membantu membidani kelahiran ontologi ini. Akhirnya semua ini bukanlah untuk sebuah nilai yang harus dicerca, tersalah , ataupun terlebihkan, melainkan sebagai suatu bukti nyata keberadaan seorang manusia yang membawa kekuatan dari Sang Pencipta yang dengan kehendakNya lah semua bisa terjadi.

Untuk semua Ruh yang berjiwa dalam raga, puisi ini tertuju.

 

TUHAN YANG TAK PERNAH TERLAHIR
Karya: Ananda. R

tuhaN yang tak pernah terlahir
terlahir dari rahim kebodohan
tuhaN yang tak pernah terlahir
terlahir dari seonggok berhala
tuhaN yang tak pernah terlahir
terlahir dari sepasang iblis
tuhaN yang tak pernah terlahir
terlahir dari beberapa manusia
tuhaN yang tak pernah terlahir
telah melahirkan dirinyA sendiri

O TRAH
Karya: Ananda. R

Dari sehelai batik yang melukiskan kejayaan masa lalu
Dan kenakan ia lebih lekat
mengangkat tentang kehalusan budi
dalam bendera warna
Dari sebilah keris yang melukiskan kejayaan masa lalu
Dan gengamlah ia lebih erat
rasakan sebuah pemujaan agung
pemujaan klasik
pengakuan terdalam
para sukma dan roh suci
kepada tuhaN sejatI
TANPA NAMA
Dari sekulit wayang yang melukiskan kejayaan masa lalu
dan tontonlah ia lebih dekat
nikmati epos kolosal
kebanggan para leluhur tentang kehidupan
ketika tuhaN masih menjadi tuhaN
saat ia bersifat
dan ketika debu kembali
tak berdebu
Dan…
Dari semua yang tak nampak
rasakan ia lebih halus
temui ruang tak beruang
Ujud abadi
Tanpa suara,tanpa warna sebagai suci
terjamahlah cipta
Puji
O

NINGRAT
Karya: Ananda. R

Hingga jaman telah renta
masih saja ningrat tertinggal
Apa memang dia gagah?
Aku rasa sedarah merah, serambut hitam
Atau membeda?
setuhan sanG
Ningratkah nyawa?
Yang pasti kain itu tersimpan dalam
almari waktu
ketika …
semua berubah

PENA
Karya: Ananda. R

Sesekali jangan,berguru pada guru
gurulah sekedar guru
sesekalijangan, membhiksu pada bhiksu
bhiksulah sekedar bhiksu
sesekali jangan, memendeta pada pendeta
pendetalah sekedar pendeta
sesekali jangan menabi-nabi, mewali-wali
nabilah sekedar nabi
walilah sekedar wali
sesekali jangan memanusia
manusiawilah manusia
TemuisanG
Bila ia…jelmakan gurU
Saat ia jubahkan bhiksU
Saat ia perankan pendetA
Ketika ia berpakaian nabI
Ketika ia bersenyum walI
Temu guru jadi guru
Temu Bhiksu jadi bhiksu
Dekat pendeta jadi pendeta
Dekat nabi jadi nabi
Kawan wali jadi wali

NAFAS
Karya: Ananda. R

Nafas timurku segan kepadamu
tapi jangan jajah saudaraku
Nafas Baratmu datang dari jauh
melintas laut
menyinggah pulau berpuluh darat
tapi jangan injak jantung pribumi
Biarkan nafasku dengan aroma timur
setelah hampir semua pribumi mati

ISME ( Kun fa Ya Kun )
Karya: Ananda. R

Masa lalu
ketika jiwaku sekarat
ada wajah yang sesekali tersenyum
Saat ini
ketika jiwaku sekarat
ada wajah yang sesekali menangis
Lusa
ketika aku mati
ada wajah yang sesekali tersenyum
ada wajah yang sesekali menangis
Esok
ketika detak menghenti
aku dan semua telah ber Tuhan

PARA PEMIKIR
Karya: Ananda. R

Kebaikanmu membangun dunia dengan penemuan kata – kata
kejelekanmu bersekongkol mengikat bumi
Kemunafikanku membencimu
karna kebebasan
Aku bukan budak teori
walau makan teori
Dan
kalian bukanlah tuhaN
meski pencipta
Biar aku bebas
terbang hinggap sesuka hati
melirik nyanyian puisi
tanpa jaring
Tangkap bayangku dengan jaringmu
aku tetap terbang bebas
meski bumi terikat
penuh

CARILAH LILINKU
Karya: Ananda. R

Lilinku yang tinggal sepenggal
lilinku setetes dari lilin – lilin pemuja
Lilinku yang bisa menerangi
bila sebuah jiwa
mencari kebenaran bukan fatamorgana
ketulusan bukan nafsu
Maka
carilah lilinku
dengan mata batin
dalam tumpukan daun layu
Sayang
dalam tumpukan ranting kering
Cinta
Carilah lilinku
seperti ketika kucari lentera
Dalamkerajaan Sang dewi
Carilah lilinku

HEYCINTA
Karya: Ananda. R

Selami lautmu
dan kau temukan pelangi
Singgahi langitmu
dan kau temui aku
Lepaskan jubahmu
dan kau sepertiku
Pejamkan matamu
dan kita telanjang rasa

KABUNG
Karya: Ananda. R

Dalam sebuah penghormatan terakhir
pada pemakaman kasih sayang
Kali ini
yang kutabur bukanlah mawar
yang kusiram bukan air mata
yang kurasa bukanlah duka
bahkan dendam
Adapun hanya nafas
Yang lain telah terkubur
bersama bangkai – bangkai hati
pada pemakaman kasih sayang
terdahulu

CINDERELA – CINDERELA
Karya: Ananda. R

Cinderelamu terlanjur tidur
seperti bawang putihku yang masih koma
juga sampek intai yang terlanjur mati
atau Juliet yang terlanjur bunuh diri
Mereka tak akan terlahir
juga yang lain dari seluruh penjuru bumi
Cinderela tak lagi bersepatu kaca
Tak lagi polos
Cinderela dan yang lain telah mati
terkubur dalam reruntuhan istana centris
Cinderela palsu dan yang lain
terlahir dalam kekokohan materialis
Seorang pangeran yang masih selamat
masih mencari cinderela atau lainnya
dari kulit abad yang sejenis
Cinderela akan tetap lahir dari ketulusan

ravie
Karya: Ananda. R

Lemahku bukan siput
Raksasaku bukan maut
Tulusku menghancur Tembok cina dihatimu
Merata tebing – tebing afrika
Memancar mata air tak henti
Melautmerah gurun – gurun
Menghijau gelisahmu
Akuilah aku
Cintailah aku
Dustalah cinta

SEKEPING HATI
Karya: Ananda. R

Sekeping hati lebih dekat jarak planet
ketika aku singgah
Sekeping hati lebih dekat
jarakmu berlari
jauhmu sembunyi
Sampai ujung bumi pun
sekeping hati lebih dekat jarak planet
Sekeping hati tak berjarak
tanpa dekat
Ketika jalanku berterali

NOVEMBER
Karya: Ananda. R

Kemarau tengah November ketika hujan baru saja tiba
mengering daun – daun muda
yang mungkin belum sempat melihat
indahnya Matahari terbit
Kemarau tengah November saat jalanku baru saja basah
menyapu debu – debu kecemasan
membusukkan hampir seluruh akar hari
Titik hujan
menunggu sinar mentari pagi
dan hujan akhir tahun menghidupku

LANGIT
Karya: Ananda. R

Dari seorang sahabatku yang selalu berpesan
agar aku terus berjuang
agar aku terus bertahan
agar aku terus mencinta
Sampai tak seorangpun melari
Hingga tak seorangpun memergi
menyisa sesal, memercik tangis
Seperti sahabatku yang masih menyesali
karna bintangnya meredup
Saat ia terlelap
Karna bintangnya masih tampak
membentang diatas langit malam
Untuk sahabatku yang selalu berkata
“ Tak ada lagi bintang setelah ini “
Mintalah bintang pada langit

25 Juli
Karya: Ananda. R

25 Juli,
Ternyata kita tidak siap menjadi TuhaN
Seperti kau yang akhirnya terlahir
Sebelumnya
Mereka yang menangis
pada pemakamanmu terdahulu
Selanjutnya
mereka yang tersenyum
pada keberadaanmu saat ini
Nadiku bercerita
bahwa sempat bertemu kamu
sebagai seorang putri yang bijak
masa silam
Saat itu aku menjadi katak
pengagum putri
aku bersedih ketika kau mati
pada pencarian cinta
Tuhan terlau bijak
merubahku jadi manusia
Kali ini
aku bertemu kembali denganmu
membawa sesuatu yang kau cari
silam
Pencarianmu mungkin berakhir
dan aku tetap pengagummu
Meski esok aku seekor katak
Nyamuk
Burung
Meski esok aku seorang pangeran
Dan ketika esok kudapati langit berpuisi
“ berlabuh kudapati
Seonggok tanah tak bertumbuh
Tuankanku dan akan berbunga
Merangkai kepingan keliaran
untuk bersama merasakan
kebebasan diatas norma
manusia “

Ananda. RPuisiSpiritualKumpulan Puisi,PuisiKumpulan puisi ini saya beri judul ONTOLOGI PUISI TIMUR 'JEJAK SETAPAK SANG SUFI'. Sengaja tercipta dalam sebuah perenungan akan hakikat hidup yang telah dapat terasa dalam keseharian raga, batin, dan ruh saya sebagai manusia yang dilekati daya cipta, rasa, dan karsa oleh sang Pencipta. Semua itu saya tuangkan dalam...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila