Riwayat Singkat Kyai Haji Imanadi Kauman Kebumen
Kyai Imanadi adalah putra dari Pangeran Ngabdulrakim yang memiliki sebutan lain Kyai Marbut atau Kyai Nurmadin. Kyai Ngabdulrakim adalah salah seorang putra dari Hamengku Buwana III yang memiliki nama asli Bandara Raden Mas Suratman (Pangeran Harya Hadisurya II).
Kedatangan Pangeran Ngabdulrakim ke tanah Rema Panjer (nama Kebumen di masa lalu) pada awalnya menjalankan perintah untuk mengajak pulang kakaknya yang bernama Pangeran Said dikenal pula sebagai Syekh Mursyid Legok Pejagoan yang sebelumnya telah keluar dari Mataram bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Namun, Syekh Mursyid yang pada saat itu berada di Rawareja tidak berkenan untuk diajak kembali ke Yogyakarta. Pangeran Ngabdulrakim pun kemudian bergabung dengan Syekh Mursyid sebagai salah satu senopati Perang Jawa.
Salah satu putra dari Pangeran Ngabdulrakim adalah Kyai Imanadi. Beliau juga bergabung dengan ayahnya ikut berperang di wilayah Panjer yang pada saat itu dijadikan sebagai basis kekuatan oleh Pangeran Diponegoro. Kyai Imanadi ditunjuk oleh Pangeran Diponegoro sebagai panglima perang wilayah kota Panjer dan sekitarnya bersama Jamenggala dan Ngabehi Panjer (Kolopaking IV).
Kyai Imanadi dikenal sebagai sosok yang pandai dan tangguh serta ahli strategi. Suatu ketika Kyai Imanadi terpojok dalam pertempuran dengan Belanda di tepian sungai Lukula. Beliau melompat masuk ke dalam sungai dan lama tidak muncul dipermukaan. Belanda yang mengetahui kehebatan Kyai Imanadi tersebut menyusuri sungai sampai ke muara Lukula hingga akhirnya beliau pun tertangkap.
Kecerdasan beliau dan penguasaan akan ilmu pemerintahan, sosial, hukum dan lain – lain membuat Belanda memperlakukannya dengan baik di dalam tahanan. Kyai Imanadi sering dimintai bantuan Belanda dalam meyelesaikan masalah – masalah yang ada pasca Perang Jawa.
Panjer yang telah dikuasai sepenuhnya oleh Belanda diubah nama menjadi Kebumen pada tahun 1832. Belanda mengeluarkan Kyai Imanadi dari tahanan dan menjadikan beliau sebagai Pengulu pertama di Kebumen pada tahun 1838. Beliau menerima posisi tersebut dengan syarat Belanda mengangkat Kyai Zaenal Abidin Banjursari Buluspesantren sebagai wakil beliau. Kyai Zaenal Abidin adalah sahabat dekat Kyai Imanadi pada masa Perang Jawa yang akhirnya sama – sama tertangkap dan ditawan.
Kyai Imanadi yang menjabat sebagai Pengulu I Kebumen kemudian bermukim di Kebumen. Beliau membeli tanah di sebelah barat alun – alun. Dari keseluruhan tanah miliknya, beliau kemudian mengambil bagian yang tengah untuk didirikan sebuah masjid yang kini menjadi masjid Agung Kebumen. Masjid tersebut didirikan pada tahun 1838 setelah Kyai Imanadi dibebaskan dari tahanan.
Kyai Imanadi wafat pada tahun 1849. Imam masjid dan jabatan Pengulu II digantikan oleh salah seorang putranya yang bernama Ali Kusen.
Pengulu III dijabat oleh Kyai Ali Awal (salah satu cucu Kyai Imanadi; putra Kyai Moh. Alwi).
Pengulu IV dijabat oleh Kyai Abdul Fatah dikarenakan putra – putra Kyai Ali Awal saat itu masih sangat muda.
Pengulu V (pengulu terakhir) dijabat oleh KH. Abdullah Ibrahim (putra pertama KH. Ali Awal dari isteri kedua).
Kyai Imanadi wafat di Kauman Kebumen akan tetapi jenazahnya dimakamkan di Pesucen Wonosari, tempat awal beliau bermukim dahulu saat perang Jawa berlangsung.
Pada tahun 2006, makam Kyai Imanadi dan istri beserta keturunannya yang pada awalnya berada di tepi sungai dipindah ke sebelah timur karena terdampak erosi. Selanjutnya makam beliau dan istri ditandai dengan nisan, sedangkan yang lain hanya ditandai dengan garis – garis hijau.
Jumat, 2008 Maret 28
diedit: 15 Mei 2023
Oleh: R. Ravie Ananda
Salam Mas Ravie,
Mau menanyakan dusun di sebrang sungai desa banjursari_Buluspesantren, Ada desa Tambakrejo, dekat makam dusun pacor, Ada gundukan tanah tinggi(panggungan) , Di yakini makam Mbah Majangi, kakek Buyut saya, zaman kolonial Di kabarkan aktif berjuang melawan belanda, apakah Ada informasi lebih dalam lagi, Mohon jika berkenan,
Terima kasih
Assalaamu alaikum, maaf mau tanya apakah betul dari keturunan Muh Abror lahir Muhammad Mun’im. Dan dari Muhammad Mun’im lahir Adi Musoffa
Benar, saya memiliki buku silsilah keluarga besar Kyai Muhammad Abror peninggalan kakek saya.
Kakek buyut saya bernama mbah djaya menawi.menurut nenek leluhur saya berasal dari derah bulus.saya kepaten obor.apa ada yang bisa membantu?
Saya tinggal di daerah banyumas.
Terima kasih.
Asalamualaikum… Mohon ijin apa ada silsilah dari mbah madnur keturunanya..
Boleh saya minta silsilah keluarga besar kyai Muhammad Abror. Jika benar, keturunan beliau adalah Muhammad Mun’im dan selanjutnya adalah H. Adi muoffa maka kami masih cucu dari kyai Muhammad Abror yang dimaksud
Bisakah kami meminta data silsilah kyai Muhammad Abror, saya Abdul Karim bin H. Adi Musoffa bin Muhammad Mun’im bin H. Muhammad Abror. Mohon jika berkenan bisa dikirimkan datanya ke email kami [email protected]. jazakumullah
Saya melihat ada perbedaan antara silsilah keturunan pendiri ponpes Somolangu yg ditulis Sdr R Ravie Ananda dengan yg di tulis ” Blog Somolangoe ” khususnya pada keturunan Syeh Marwan Ali Menawi bin Syeh Zaenal Abidin. Pada silsilah yg ditulis Sdr R Ravie Ananda, Keturunan dari Syeh Marwan Ali Menawi ada 10 orang, tanpa menyebut Syarifah Salamah binti Marwan Ali Menawi. Sedangkan silsilah yg ditulis ” Blog Somolangoe ” disebutkan bahwa saudara dari Syeh Abdul Kahfi Tsani bin Marwan Ali Menawi ada 5, ,termasuk didalamnya ada Syarifah Salamah binti Marwan Ali Menawi.Mohon penjelasan…
Nama saya Nur mohammad sa’dulloh kake buyut saya kiyai jamaksari yang beristri mbah hajatiah dari Kauman dan simbah johar. Salam kegem sedoyo sedulur