Rahasia pusaka leluhur
Rahasia pusaka leluhur

Diperoleh dengan Cara Bertapa
Hilangnya pusaka leluhur yang berulang kali terjadi di daerah Kebumen menyentak keingintahuan tentang rahasia di dalamnya. Berikut laporan wartawan Suara Merdeka, Arif Widodo yang ditulis dalam dua seri.

Makam keluarga trah Arungbinang di Dusun Kebejen, Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, Kebumen itu tampak hening. Pasca hilangnya pusaka peninggalan Jaka Sangkrib yang disimpan di makam seluas  satu hektar itu membawa suasana lain dari biasanya.

Para peziarah yang datang silih berganti selalu memanjatkan doa, agar pusaka bernilai tinggi itu kembali. Termasuk permohonan dari juru kunci makam trah Arungbinang, Taryono (57).

Jaka Sangkrib yang memiliki nama lain Ki Surawijaya dan Honggowongso itu meninggalkan warisan pusaka yang cukup banyak. Yang baru saja dicuri berjumah 17 pusaka, terdiri atas 14 keris, dua pedang, dan satu tombak. Menurut Taryono, pusaka tersebut bersejarah karena digunakan untuk menumpas pemberontakan/Kraman Keraton di Banyumas.

Kuatnya permintaan agar pusaka yang dicuri itu bisa kembali, aparat dari Polsek Kutowinangun yang dipimpin AKP Sugiriyanto dan Satreskrim yang dipimpin AKP Priyo Handoko SH berhasil menemukan tujuh pusaka yang terdiri atas enam keris dan satu pedang dari seorang penadah yang bernama Bariyanto (55) warga Desa Argopeni, Kecamatan Kebumen.

Doa-doa pun terus dipanjatkan, agar semua pusaka itu bisa kembali dan bertengger di ruang pusaka makam Jaka Sangkrib. “Dengan kerja keras polisi untuk mengungkap kasus pencurian tersebut, kami sangat menghargainya,” kata pelaku sejarah dan budaya Kebumen, Ravie Ananda.

Dia menjelaskan, pusaka peninggalan leluhur itu diperoleh dengan cara yang tidak mudah. Seperti Jaka Sangkrib yang harus bertapa dan menghadapi berbagai macam cobaan dan rintangan, baik dari mahluk yang kasat maupun mahluk halus.

Menurutnya, selain pusaka yang dicuri, Jaka sangkrib juga memiliki pusaka andalan yang berbentuk ali-ali (cincin), cemeti (cambuk), dan tombak. Juga ada pentungan, senjata pemberian Dewi Nawangsasi yang juga istrinya dari bangsa mahluk halus di Bulu Pitu, Kutowinangun. Di tempat tersebut Jaka Sangkrib bertapa selama 35 hari.

 

Aji Pameling
Putra Amangkurat II Mataram itu juga memiliki “Aji Pameling” dari Dewi Nawangsasi. Aji tersebut untuk mendatangkan Dewi Nawangsasi guna melawan musuh. Untuk pusaka yang berbentuk cincin, diperoleh saat Jaka Sangkrib bertapa di Gunung Geyong, Kecamatan Sadang selama 21 hari. Pemberinya seorang kakek tua.

Untuk cambuknya diperoleh saat bertapa di Gua Menganti, Kecamatan Ayah. Dia yang bertapa selama tujuh hari itu diberi pusaka tersebut oleh seorang raja mahluk halus yang bernama Kiai Kreta. Khasiat cemeti tersebut adalah tidak mudah dikalahkan.

Untuk tombaknya, kata Ravie, jika ditancapkan di tanah akan muncul seekor kera putih raksasa yang akan membantunya bertempur melawan musuh. Tombak pemberian Ratu Kidul itu diperoleh saat bertapa di daerah Karangbolong. Setelah mendapatkan pusaka tersebut, Jaka Sangkrib diberi nama Surawijaya.

Ravie menjelaskan, asal – usul pusaka pada awalnya tidak dibuat dengan menggunakan kekuatan lahir melainkan menggunakan daya cipta dari seorang empu. Dan, pusaka tersebut menyesuaikan dengan karakter pemiliknya.

“awal master prototipe pembuatan pusaka itu yang kemudian ditiru bentuknya oleh empu – empu pada zaman sesudahnya, yang dikerjakan secara fisik dan menggunakan bahan logam, “ katanya (Arif Widodo-69)

sumber: Suara Merdeka Cetak; Selasa, 22 Maret 2011

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/06/rahasia-pusaka-leluhur.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/06/rahasia-pusaka-leluhur-140x140.jpgAnanda. RSpiritualKeris,Pangekering Sukma,Pusaka dari Kebumen,Pusaka Joko Sangkrip,Sejarah Joko SangkripDiperoleh dengan Cara Bertapa Hilangnya pusaka leluhur yang berulang kali terjadi di daerah Kebumen menyentak keingintahuan tentang rahasia di dalamnya. Berikut laporan wartawan Suara Merdeka, Arif Widodo yang ditulis dalam dua seri. Makam keluarga trah Arungbinang di Dusun Kebejen, Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, Kebumen itu tampak hening. Pasca hilangnya pusaka peninggalan...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila