Pada tanggal 5 Maret 1949, pasukan TP di bawah pimpinan Suwarno melakukan penghadangan dengan memasang bom seberat 75 kg, dibelokan jalan raya sebelah barat, jalan keluar kota, Kebumen-Karanganyar (Simpang Lima Kebulusan), dan satu seberat 100 kg di lintasan kereta api. Pukul 09.00 WIB melintas konvoi Belanda dengan 2 truk penuh serdadu Belanda. Bom ditarik talinya tetapi kawat putus sehingga tidak meledak dan truk melaju tenang ke arah Gombong. Kemudian pada sore harinya, datang konvoi lagi sekitar jam 17.00 WIB sebanyak 4 truk dan 1 jeep di belakangnya. Truk tersebut berisi serdadu-serdadu Belanda yang masih muda datang dari arah Gombong ke Kebumen. Ketika melintasi jalan lintasan kereta api trekbom ditarik dan meledak dengan sempurna. Truk pertama dan kedua mengalami kerusakan hebat. Pintu penutup jalan kereta api terpental mengenai kepala-kepala serdadu Belanda. Kegelapan sore itu diikuti dėngan bunyi letusan peluru-peluru tekidanto yang tebakar. Dua buah truk lainnya berhenti dan melakukan perlawanan dengan menembak membabi buta. Keesokan harinya diketahui 30 serdadu Belanda tewas dan ditemukan satu Lee enfield dengan larasnya patah, satu keiker dan dongkrak, kunci mobil, dua granat mortir, serta satu pistol vickers. Ditemukan pula empat mayat di bawah truk. Semuanya sudah tidak berkepala dan tangannya putus mengerikan.

Simpang lima Kebulusan, tempat penghadangan TP
Simpang lima Kebulusan, tempat penghadangan TP

Sejak terjadinya peristiwa itu maka Belanda sangat berhati-hati. Bila mereka telah sampai di sebelah barat RSU (Rumah Sakit Umum) Kebumen, mereka turun dari truk dan berjalan kaki berderet siaga sampai desa Giwangretno. Dari desa itu, baru naik kendaraan lagi menuju Gombong. Sambil berjalan mereka meneliti dengan alat deteksinya jikalau ada trekbom dipasang di pinggir jalan. Hal serupa mereka lakukan hampir satu bulan lamanya di jalan antara Pejagoan dan Sruweng.

Bulan Mei 1949 pasukan TP yang dipimpin Suprapto melakukan penghadangan lagi dengan memasang trekbom seberat 25 kg di jembatan Besole depan stasiun kereta api. Pemasangan dilakukan pada siang hari jam 11.00 WIB. Jembatan ini hanya cukup dilalui satu mobil. Pasukan TP berlindung di balik pabrik genteng Abu Ngamar Sokka.

Bekas pabrik genteng Aboengamar, Sokka (Photographer: sukamoto)
Bekas pabrik genteng Aboengamar, Sokka (Photographer: sukamoto)

Konvoi tentara Belanda melewati jembatan kurang lebih jam 18.00 WIB. Begitu melintas, bom ditarik dan meledak dengan sempurna. Roda truk yang kanan terbakar. Truk terperosok masuk kali. Truk yang di belakangnya berhenti. Pasukan segera turun serta menembaki dengan gencar daerah sekelilingnya. Karena pasukan musuh lebih besar maka pasukan TP mengundurkan diri ke arah selatan melalui pintu belakang pabrik genteng Abu Ngamar dan kembali ke Markas. Tanggal 7 Juni 1949 dilakukan lagi pemasangan bom di Panjatan oleh TP Suprapto, Darsono, Suwarno dan Surip, bekerja pada tengah malam, mengubur dan meratakan tanah kembali supaya tidak ketahuan mata-mata musuh. Bom dikubur di bawah pohon Asem. Esok harinya melintas dua puluh truk tentara Belanda. Bom ditarik dan meledak dengan sempurna sehingga satu truk terpental ke sawah disertai ledakan hebat. Belanda kemudian melepaskan tembakan ke segenap arah. Dalam penghadangan itu diperkirakan 15 serdadu Belanda tewas.

 

Oleh: Ravie Ananda
Jumat Pon, 31 Juli 2020

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2020/08/simpang-lima-kebulusan-1-1024x674.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2020/08/simpang-lima-kebulusan-1-140x140.jpgAnanda. RSejarahCatatan Sejarah Kebumen,Saksi Sejarah Kemerdekaan Indonesia,Tempat-tempat Bersejarah di KebumenPada tanggal 5 Maret 1949, pasukan TP di bawah pimpinan Suwarno melakukan penghadangan dengan memasang bom seberat 75 kg, dibelokan jalan raya sebelah barat, jalan keluar kota, Kebumen-Karanganyar (Simpang Lima Kebulusan), dan satu seberat 100 kg di lintasan kereta api. Pukul 09.00 WIB melintas konvoi Belanda dengan 2 truk...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila