Berikut ini adalah penggalan cerita saat Dalimin menjadi pengawal presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta, Pak Dalimin mengabdi pada Bung Karno mulai tahun 1950 sampai dengan 1970. Cerita ini saya rangkum saat saya bertemu dan berbincang dengan beliau.

“Ayu ayu yo min..” kata pak Karno pada dalimin waktu ngibing dengan gadis jepang di Jepang.

 

Dalimin sang penyita berkaleng-kaleng berlian dan permata serta emas yang diselundupkan salah satu etnis ke Belanda. Berlian tersebut dimasukkan kedalam kaleng kaleng biskuit dan ditutup daging-daging babi. bersenjatakan samurai jepangnya serta kejujurannya dia selamatkan berbagai harta karun negara pada saat itu, tapi.. kemanakah sekarang harta harta tersebut?

 

“Min min……kuwi pusaka diparingi sopo?”,  Dalimin menjawab, “paringan bapak dalem”.

 

“Bu..bukan saya ngusir ibu, tapi nanti kalo ibu lama lama disini rumah saya bakal ambruk”, kata Dalimin pada ibu Fatmawati ketika Ibu negara tersebut mengunjungi rumah Dalimin yang hanya terbuat dari bambu dan daun pisang, sementara warga sekitar Dalimin juga telah mengerumuni untuk melihat langsung ibu negara tersebut.

“Dalimin..dalimin…..!, pasukan pengawal pribadi presiden Soekarno Hatta sang proklamator kok sekarang tinggal di gubug seperti ini..”, kata Ibu Fatmawati, heran.

 

“Semua laki-laki disini sekarang membela bapak”, kata ibu Fatmawati, “saya juga laki laki Bu”, kata Dalimin, “oh kamu lain….kamu sayang pada isterimu”. Dalimin menjawab, “lha itu beda bu….bapak kan presiden, saya pengawal…” (curhatnya Ibu Fatmawati pada Dalimin saat sedih bapak nikah lagi).

 

Bu Inggit itu ibu kos Pak Karno di Bandung, karena senang sama Pak Karno, akhirnya meminta dicerai oleh suaminya dan kemudian dinikah Pak Insinyur Soekarno, karena ibu tersebut tidak pernah bisa senyum akhirnya diadakan sayembara, siapa yang bisa membuat ibu tersenyum akan bapak hadiahi seringgit..inilah asal nama Ibu Inggit.

 

“Mbak…aku emoh dijenengi Kusno, mengko aku dipanggil tikus….kus kus..aku arep njaluk ganti jeneng SOEKARNO”, cerita Pak Karno kepada Dalimin saat ndongeng tiap malem ketika belum bisa sare (tidur).

 

“Kalau Pak Karno itu pusaka tidak mencari, tapi semua datang dari para leluhur, tau tau ada yang mengasih ke beliau”, Dalimin bercerita.

 

“Karena kak Tok (sebutan akrab guntur) tidak mau minum obat, pak karno menyuruh Dalimin membujuknya, karena Dalimin paling dekat dengan anak anak. Jadi terus saya masuk ke kamar Pak Karno karena Guntur ada di dalam kamar beliau. Saya bujuk sambil bercerita, ditempat tidur Pak Karno saya tiduran, dan duduk sila, hihihihihihi”, cerita dalimin kepada Ravie.

 

Ketika pak karno mau dijemput ke rumah sakit untuk berobat Pak Karno bilang, “saya mau dibunuh ya” cerita Rahma kepada Kak Dalimin.

 

“Saya beli obat naik helikoper baru Pak Karno dari Bandung ke Jakarta. Setelah turun Pak Karno bingung”,  “lho ada apa min? kan bapak gak ada jadwal tindak?”  Dalimin senyum senyum, “anu pak…..ini mau beli obat buat ibu tapi di Bandung tidak ada, jadi ibu suruh saya pake heli”, oh yo yo..ibu dijaga sing temen yo” Pak Karno berkata. “nggeh pak..setelah dapat obat…saya naik heli lagi muter-muter sama supire liat orang mandi dari atas heli”, kata Dalimin.

 

“Ibu Fatma nyupir, supirnya duduk disamping Ibu Fatma, saya duduk di belakang jadi tuan besar, hehehe ibu lagi belajar nyupir”, Dalimin sambil tersenyum.

 

“Min…wis jam 12 wengi….sego rawone tokne”, kata pak karno, tiap jam 12 malem setiap malem minggu, acara rutin Pak Karno liat wayang semalam suntuk). “Pak Karno juga pinter ndalang banget”, Kata Dalimin.

 

Kalau ada tamu negara lain, acara wajib buat mega untuk menari bondan dan Guntur menari Gatutkaca dihadapan para tamu.

 

“Min..tongkate cekelke”, kata Pak Karno. “siap”, Jawab Dalimin, saya pegang dan sangga kuat kuat tongkat komando Pak Karno saat lagi berpidato, ajudan Bung Karno dari empat angkatan pun terheran heran.

 

“Saya selalu disamping pak karno 20 tahun…sejak tahun 50 sampai 70”, kata Dalimin.

 

“Tongkat komando Pak Karno itu kalo dicabut isinya sada lanang /menyerupai lidi”, kata Dalimin.

 

“Dimana saja…….saya cicipi dulu makanan yang disajikan buat Pak Karno, minuman juga……kamar mandi dsb, jadi kalo misal diracun, ya saya yang mati dulu.”

 

“Min..pohon pohon di istana jangan diganggu, meski sudah sampai tanah cabangnya jangan diganggu”. kata Pak Karno pada Dalimin, betapa menghormatinya Soekarno pada alam.

 

Suatu ketika Soekarno ke sungai Ciliwung dan ada batu besar yang kemungkinan merupakan situs purba. Beliau kemudian ingin memindahkan ke Istana Bogor. Dengan derek batu itu diangkat tapi tidak bergeming. Akhirnya ada seseorang datang dan bilang, “Pak batu itu tidak mau diangkat dengan teknologi modern, tapi kalo pakai dadung…..pasti mau”. akhirnya batu tersebut didadung dan terangkat dan dibawa ke Istana Bogor, kisah Dalimin.

 

Suatu pagi Soekarno jalan jalan di sekitar istana, dia bilang pada Dalimin ketika melihat para orang Indonesia main tenis dipagi hari dilapangan tenis. “Min min…..delok kae isuk isuk wis dolanan tenis..koyo londo wae”, kesokan harinya lapangan tenis itu dibongkar dan dijadikan Masjid Baiturrohim.

 

“Pak…..ini pelaku pencoba pembunuhan bapak telah kami tangkap, hukuman apa yang akan dijatuhkan?”, kata Dalimin kepada Pak Karno saat telah menangkap 3 dari 6 penggranat Soekarno yang sedang melaksanakan sholat di Cikini, lima granat telah meledak, satu granat dibuang dilokasi yang kini menjadi taman Ismail Marzuki, jarak pelaku dan Pak Karno tidak sampai 10 meter. jawab Pak Karno, “aku sudah diselamatkan oleh yang maha kuasa, hukumannya terserah hakim nanti”.

 

“Kak Dalimin ayo ikut..kan lama tidak bertemu bapak”, kata Guntur pada Dalimin, akhirnya Dalimin ikut naik jeep untuk menjenguk Soekarno, tapi tiba tiba ditengah jalan Guntur kecil berkata, “kak Dalimin turun! lho kenapa Kak Tok (panggilan akrab Guntur)”. “pokoknya turun, nanti kalo kak Dalimin ikut sampai sana, kakak bakal hilang didorr”,  Jawab Guntur. “itulah kuasa Allah SWT yang telah menyelamatkan saya lewat mulut seorang Guntur kecil andai saya ikut menjenguk Pak Karno di rumah sakit, jelas saya sudah hilang dan tidak bisa bertemu anda dan bercerita pada anda sekarang.

 

“Min..kowe soko ngendi?”,  tanya pak Karno pada Dalimin, “kulo saking Kebumen pak”, jawab Dalimin, karena Dalimin memang berasal dari kebumen.

 

“Suatu saat ada seorang wanita masuk kedalam istana dan minta bertemu Pak Karno, karena dia yakin sakitnya akan sembuh jika diobati Pak Karno, oleh ajudannya wanita tersebut dilarang dan dikasih uang untuk pergi ke dokter. Beberapa kali dibujuk, tetap saja wanita tersebut tidak mau menerima uang dan tidak mau pergi, akhirnya Dalimin dilapori ajudan Pak Karno, dan kemudian Dalimin lapor tentang kejadian tersebut kepada Pak Karno, dengan bijaksananya Pak Karno menyuruh Dalimin untuk membawa masuk wanita tersebut, dan kemudian Pak Karno memberi air putih yang telah dibacakan doa untuk kemudian diminumkan pada wanita tersebut dan buat cuci muka. Selang beberapa hari wanita itu kembali ke istana dan bertemu Pak Karno lagi untuk mengucapkan terimakasih, itulah Pak Karno yang sangat menghargai rakyat kecil”, kata Dalimin.

 

Kata kata Pak Karno kepada seluruh anak buahnya termasuk Dalimin, “Saya dan kamu semua digaji oleh rakyat, maka kita harus mengabdi pada rakyat dengan sebaik-baiknya”.

 

Pesan Pak Karno pada koki istana yang merupakan warga Belanda, setiap hari harus ada roti keju buat pengawal saya, Pak Karno benar benar memperhatikan anak buahnya.

 

Pak Karno sangat teliti dan menjaga kebersihan, Beliau setiap hari selalu mengecek kebersihan semua ruangan istana dan kamar para pengawal, bahkan kamar mandi, dsb. Pak Karno selalu bilang, “jaga kebersihan, kalau kalian tidak bisa membersihkannya nanti saya yang akan membersihkannya sendiri”.
Suatu hari Pak Karno heran masuk ke kamar Dalimin, karena temboknya sangat bersih, sementara tembok pengawal dan anak buah yang lain kotor kena minyak saat memasak. Pak Karno kemudian bertanya kepada Dalimin, “kenapa tembokmu selalu bersih tidak ada bekas minyak yang menempel di tembok?”.  Dalimin menjawab, “sebelum memasak, saya pasang koran dulu temboknya, sehingga minyak tidak nempel tembok”, “oh begitu” jawab Pak Karno. Kemudian Pak Karno mengumpulkan semua anak buahnya dan bilang, “contoh Dalimin…mulai sekarang setiap mau masak harus memakai koran”.
“Min..saat aku dipenjara oleh Belanda, aku merasa sedih tidak ada yang menemani, dikunci, tapi saat malam hari aku membuka jendela dari kamar tahanan, aku melihat bintang bintang bersinar dengan terangnya. Aku ternyata ada teman, bintang bintang itu……kemudian aku tidak lagi sedih”. Pak Karno Bercerita. “nggeh pak…”, jawab Dalimin mendengar cerita Pak Karno.

“Ada sebuah patung naga milik Belanda dulu, mungkin Belanda juga mendapatkannya dari daerah di Jawa, karena Pak Karno suka akhirnya patung tersebut di bawa ke istana dan ditaruh di jalan di dalam istana. kalo malam mata patung naga itu menyala merah, ada juga patung Budha, patung itu diletakkan juga di salah satu halaman istana, tapi anehnya pohon yang berada diatas patung itu berdiri pasti selalu layu”, cerita Dalimin.

 

Maraknya sindikat harta karun yang mengatasnamakan Soekarno dan isu yang sengaja dihembuskan bahwa Soekarno masih hidup, kemaren saya tanyakan pada Dalimin. Dalimin menjawabnya dengan tersenyum dan tertawa, soalnya dia sering sekali didatangi orang yang mengaku anak Pak Karno, juga sosok Soekarno atau dukun sindikat yang berkata diutus Pak Karno yang masih hidup, dsb. Dalimin kasian pada orang-orang tersebut dan juga yang manjadi korban. “entek alas entek umah, demi ngandel mbelani isyu itu”  kata Dalimin.

 

“Saya saja sampai sekarang masih sering bertemu bapak, tapi harus lewat mimpi dan sukma bapak ada di istana dengan ibu, dan itu pun saya harus menggunakan PIN dulu (Maaf PIN saya tidak saya tuliskan, juga tempatnya bapak diistana mana, soalnya kalau komentar saya ini di manfaatkan oleh sindikat dukun dan harta karun). Kata Dalimin, “saya melas dengan para pelaku dan korbannya. lha kenal juga tidak, ngalami dekat juga tidak kok sekarang mengaku paling dekat. Putra-putra bapak kalau saya ceritain ada yang cerita dan ngaku-ngaku gitu pada ketawa”

 

“Pusaka Pak Karno semua di simpan di tempat khusus, oleh putra-putranya”, kata Dalimin. “Pusaka Pak Karno banyak sekali dan ada di almari Pak Karno. Tiap malam, ada yang berbunyi glutak-glutak, Tongkat Pak Karno itu dalamnya sada lanang (menyerupai lidi), jd tongkat itu cuma wadah saja yang digarani dengan betuk tongkat  itu bisa di tarik, sekarang ya diputrane pastinya.

 

Dalimin juga masih menyimpan keris luk 23, ada anak kecil disuatu sore datang memberi keris ke istri Dalimin alm. Istri Dalimin adalah keturunan Ajengan Agung Banten, dari umur 4 bulan/tahun saya agak lupa, diangkat anak oleh pejabat Belanda di Belanda, setelah besar pulang ke Indonesia dan nikah dengan Dalimin. Istrinya seorang tentara wanita jaman dulu, pernah ada orang datang katanya suruhan Pak Harto datang ke Dalimin untuk meminta keris itu, tapi Dalimin cuma jawab, “kalo Pak Harto mau, datang sendiri ambil sendiri”. “Sampai sekarang tidak datang, jadi keris masih di tangan saya”, kata Dalimin.

 

“Petugas cuci baju istana bingung ketika masuk kamar Pak Karno, melihat baju baju tergantung rapi, disangkanya baju bersih sehingga tidak dicuci, kemudian beliau berkata, itu baju bapak gantung, bukan berarti tidak boleh dicuci, itu baju kotor, tapi meskipun kotor, kita tetap harus menjaga kerapian dan kebersihan kamar. Itulah pak karno yang luar biasa sikapnya dalam menjaga kebersihan dan kerapian”, kata Dalimin.

 

Awal Pak Karno dipenjara Belanda adalah ketika Belanda akan membuat jembatan di bengawan solo tetapi tidak sanggup para insinyurnya. Kemudian Pak Karno dengan gagahnya berkata, “Soekarno Sanggup membuat jembatan”, dan ternyata terlaksana. Belanda kagum dan heran pada Soekarno. Kemudian Soekarno ditawari untuk bekerja pada Belanda dan dia menolak. “TIDAK PERLU !”,  kata Soekarno, akhirnya beliau dianggap lawan dari Belanda, kemudian ditangkap dan dipenjara.

 

Pernikahan pertama Pak Karno tidak berlangsung lama, gara-gara Pak Karno yang nasionalis, mendapat istri anak seorang tokoh agamis, tujuannya agar Soekarno berubah haluan menjadi agamis. Akhirnya Pak Karno berkata, “Lebih baik saya cerai dari pada saya kehilangan nasionalisme”. Soekarno adalah Nasionalis Sejati, Dalimin menirukan cerita Pak Karno.

 

“Min iki nggo kowe, disimpan baik baik ya min”, kata Pak Karno. “nggeh pak”,  “jawab Dalimin, ketika Pak Karno menghadiahi sebuah kerajinan guntingan kertas (lukisan dengan cara menggunting kertas) dari seniman Jepang ketika beliau berada di sana dengan Dalimin. Sampai saat ini masih disimpan baik oleh Dalimin. Pak Karno itu kalo dihadiahi atas nama Soekarno, ya dia simpan sendiri atau dia kasihkan ke orang, tapi kalau hadiahnya berbunyi, untuk Presiden Indonesia, berarti bukan untuk Pak Karno, melainkan untuk Presiden Indonesia kapanpun. Sehingga hadiah tersebut/lukisan-lukisan dijaga di taruh diistana, karena milik Indonesia bukan milik pribadi Pak Karno, cerita Dalimin.

 

ketika Pak Karno wafat, saya cepat cepat menuju tempat jenazah beliau dengan naik becak, jenazah sudah dijaga ketat oleh pasukan, saya langsung saja masuk, kan sudah kenal saya semua, karena banyak ibu ibu yang melihat Pak Karno wafat semua histeris dan pingsan, penjaga kewalahan nggotongi terus, akhirnya saya ambil inisiatif untuk menutup peti jenazahnya, anehnya jenazah Pak Karno tidak seperti orang meninggal, benar benar seperti saat beliau sedang tidur. Para pengawal pun berkomentar bapak kok seperti tidak meninggal ya….seperti sedang tidur…..? Dalimin pun ditanya para pembesar istana dan pembesar dari luar negeri. Dalimin…..Ibu Fat kemana kok tidak kelihatan (Ibu Fat tidak hadir saat jenazah Pak Karno mau diberangkatkan karena mungkin ibu tidak mau bertemu istri istri bapak yang lain. Maklum ibu kan di madu), pertanyaan itu saya jawab, “Ibu Fat sedang mengikuti pengajian jadi tidak bisa hadir”.

Anak Pak Karno dari Ibu Hartini ada 2 yaitu Taufan dan Bayu, Taufan meninggal saat kuliah di Amerika karena penyakit dalam, mungkin karena pengaruh bahan kimia, karena dia kuliah diteknik kimia.

 

Kebumen, Rabu Legi 2 Mei 2012
Oleh: Ananda. R

Tambahan:
Berikut link Wawancara Metrotvnews program acara “Mata Najwa”, bulan Juni 2013

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/05/featured_dalimin_pengawal_pribadi_pak_karno_71_n.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/05/featured_dalimin_pengawal_pribadi_pak_karno_71_n-150x150.jpgAnanda. RSejarahDalimin,Pengawal Presiden Soekarno,Pengawal Presiden Soekarno dari Kebumen,percakapan bung karno,Saksi SejarahBerikut ini adalah penggalan cerita saat Dalimin menjadi pengawal presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta, Pak Dalimin mengabdi pada Bung Karno mulai tahun 1950 sampai dengan 1970. Cerita ini saya rangkum saat saya bertemu dan berbincang dengan beliau. 'Ayu ayu yo min..' kata pak Karno pada dalimin waktu ngibing...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila