Achmad Dimyati (mantan Lurah Kebumen) – Saksi Sejarah
Setelah berhasil memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, para pejuang bersenjata di Kedu Selatan terus berupaya keras untuk menambah persenjataan yang dimiliki dengan berbagai cara. TKR Batalyon III Resimen Moekahar Kebumen mengetahui bahwa di ACW Bandung terdapat sejumlah alat dan mesin selain senapan, pistol, mitraliur, granat yang tidak atau belum dipindahkan dan tidak dibumihanguskan. Atas saran Kepala Bagian Persenjataan Batalyon Letnan II Iskandar dan saran teknis Letnan II Tirtohoedoyo, maka Mayor Rahmat, bersama Letnan II Iskandar dan Letnan II Tirtohoedoyo pergi ke Bandung untuk mengambil dan memindahkan alat – alat dan senjata ke Kebumen. Mereka dikawal oleh satu kompi pasukan yang dipimpin oleh Kapten Soegondo, Letnan I Dimyati (terakhir Mantan Letnan ; sebagai Lurah Kebumen), dan Letnan Muda Pratedjo.
Pemindahan dilakukan dengan menggunakan truk dan kereta api. Mereka berhasil memindahkan beberapa pucuk senjata, 30 mesin bubut, dan sejumlah alat produksi lain. Alat – alat tersebut kemudian dibawa ke kompleks Sekolah Teknik (ST) Kebumen/ SMP N 7 yang masuk dalam wilayah kelurahan Kebumen, untuk melengkapi alat-alat yang telah ada sebelumnya dan selanjutnya digunakan sebagai alat memproduksi senjata, baik senjata tajam maupun senjata api, seperti : pedang panjang (model samurai Jepang), pedang biasa, pistol, pistol mitraliur, kaki Senapan Mesin Ringan dan kaki Senapan Mesin Berat untuk Pasukan Anti Serangan Udara (PASU) 12.7 dan M 2.3. Dengan demikian Batalyon III/Kebumen memiliki bengkel senjata. Senjata – senjata yang dihasilkan digunakan untuk melengkapi persejataan badan perjuangan di Kedu Selatan, agar potensi dan semangat juang meningkat.
Tenaga yang dilibatkan dalam kegiatan produksi senjata terdiri dari :
- 24 orang Guru Sekolah Teknik Kebumen diantaranya ; Sanoesi, Haroen, Soedjangi, Dalilan, dan Badaruzzaman.
- 100 orang siswa Sekolah Teknik Kebumen.
- 200 orang personil yang dipindahkan dari Bandung.
Personil dari Bandung pada umumnya telah berkeluarga. Mereka membawa keluarganya tinggal di Kebumen. Keberhasilan produksi senjata di Kebumen merupakan prestasi yang langka. Namun hal tersebut juga menjadi beban bagi kesatuan tingkat batalyon. Karenanya, bertepatan dengan penandatanganan Persetujuan Linggarjati tanggal 25 Maret 1947, atas pertimbangan Resimen dan Divisi, bengkel senjata Kebumen kemudian diserahkan ke Kementerian Pertahanan RI. Begitu juga dengan personilnya, sebagian besar masuk ke TRI (Tentara Republik Indonesia), termasuk siswa di ST Kebumen. Sedangkan guru ST Kebumen kembali bekerja seperti semula.
Sumber:
- Buku Gelegar di Bagelen / Bakti Resimen XX Kedu selatan (di dalamnya wawancara dengan 90 narasumber pelaku perang di Kebumen, termasuk wawancara dengan Bapak Dimyati Alm.)
- Narasumber H. Darmansyah Alm.
Tambahan data dari Pak. Toto (Keponakan Pak Ahmad Dimyati):
Dalam keluarga besar alm. Moch. Djadjuli, ada 3 orang anak yang aktif dikancah perjuangan menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945 di sekitar Kebumen yaitu Achamd Dimjatie (Peta), Affandi (TP) dan Atiatoen (TP).
SMPN 7 sekarang memang benar dulunya Sekolah Teknik (ST) dan menjadi markas Tentara Genie Pelajar (TGP). Anggota TGP memang spesialisasinya dibidang teknik: pembuatan granat tangan, bom molotov, perbaikan senjata berat (khususnya juki, semacan brengun bikinan Jepang) dll. Kebanyakan siswa ST adalah pelajar luar kota/ luar Jawa (cerita alm. Ibu Atiatoen yang dikuatkan oleh pakde Achamd Dimjatie sebelum keduanya meninggal dunia).
Oleh: Ananda. R
artikel ini juga di publikasikan di blog Karang Taruna Yodataruna – Kelurahan Kebumen
Mas Ravie, sebaiknya anda menyebut sumber tulisan ini. Misalnya, hasil wawancara dengan pak Darmansyah plus kutipan dari sumber tertentu.
Dalam keluarga besar alm. Moch. Djadjuli, ada 3 orang anak yang aktif di kancah perjuangan menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945 di sekitar Kebumen yaitu Achamd Dimjatie (Peta), Affandi (TP) dan Atiatoen (TP).
SMPN 7 sekarang memang benar dulunya Sekolah Teknik (ST) dan menjadi markas Tentara Genie Pelajar (TGP). Anggota TGP memang spesialisasinya di bidang teknik: pembuatan granat tangan, bom molotov, perbaikan senjata berat (khususnya juki, semacan brengun bikinan Jepang) dll. Kebanyakan siswa ST adalah pelajar luar kota/ luar Jawa (cerita alm. Ibu Atiatoen yang dikuatkan oleh pakde Achamd Dimjatie sebelum keduanya meninggal dunia). Kapan2 kita ketemu (tatap muka dan menyamakan persepsi soal kiprah putra/i mbah Djadjuli). Terima kasih.
Terima kasih Pak masukannya.
Sumber:
1. Buku Gelegar di Bagelen / Bakti Resimen XX Kedu selatan (di dalamnya wawancara dengan 90 narasumber pelaku perang di Kebumen, termasuk wawancara dengan Bapak Dimyati Alm.)
2. Narasumber H. Darmansyah Alm.
Penjelasan dari Pak Toto semakin melengkapi tulisan tentang peristiwa perang kemerdekaan di Kebumen.
Saya siap 24 Jam Pak, silahkan ketempat saya, di Garuda 13.
ass wr wb terimakasih atas tulisan sejarah yg sudah ditulis oleh mas Ravie,apapun bentuk apresiasi dan pengahargaan itu tidak harus dalam bentuk material . Tulisan sejarah yg salah satunya pernah diukir oleh PEJUANG SEJATI dan tdk pernah menuntut LEGALITAS dr pemerintah sebagai PAHLAWAN Bangsa MERUPAKAN penghargaan TERTINGGI BAGI SAYA dan kel BESAR BP ACHMAD DIMYATI,Alhamdulilah itu salah satu pengabdian beliau kepada Bumi Pertiwi.Saya sebagai putri bungsu beliau ,yg selalu di nasehati,dan dibimbing agar selalu setia dalam Pengabdian kepada Bangsa tanpa pamrih sangat terharu dan bangga terhadap kesetiaan ,sikap jujur dan bertanggungjawab pada tugas mulia nya.
Sebuah pelajaran bagi siapapun, bahwa harumnya sebuah ketulusan dan pengabdian terhadap Nusa dan Bangsa tetap akan mampu menembus selimut tebal sejarah, seperti juga Achmad Dimyati, Putra daerah asli Kebumen, meski jasa besarnya bagi perjuangan bangsa telah terkubur bersama jasadnya.
Salam Pancasila!
Achmad Dimyati juga aktif dalam pertempuran di Sidobunder. Silahkan baca artikelnya di sini:
https://kebumen2013.com/pertempuran-sidobunder-2-september-1947-kec-puring-kebumen/