Gunungan - dalam iringan kirab budaya ruwat bumi dan pusaka panjer, 27 November 2012
Gunungan – dalam iringan kirab budaya ruwat bumi dan pusaka panjer, 27 November 2012

Guna memantapkan Ketahanan Nasional di wilayah Kebumen, TNI Kodim 0709/Kebumen menggelar Sarasehan, Kirab Budaya Ruwat bumi dan Pusaka Panjer pada tanggal 26 – 27 November 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud nyata TNI sebagai penjaga Ketahanan Nasional dimana salah satu aspeknya adalah Ketahanan Sosial dan Budaya.

Kirab Budaya Ruwat Bumi Panjer merupakan kirab tahunan yang menjadi tradisi masyarakat sejak Panjer masih sebagai Kerajaan, hingga berubah menjadi Desa. Sesuai data babad dan catatan Belanda, Kerajaan/Negara Panjer di bawah pemerintahan Kuwu Panjer berubah menjadi kadipaten pada masa kerajaan Demak (Raden Patah). Sebutan Kuwu kemudian diubah menjadi Adipati setelah Kuwu Panjer menyetujui seluruh penduduknya memeluk Islam. Selanjutnya, Kadipaten Panjer diubah menjadi Kabupaten pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma dan secara resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan Mataram dengan bupati pertamanya Ki Badranala/Ki Gedhe Panjer I. Kabupaten Panjer berubah nama menjadi Kabupaten Kebumen setelah penangkapan Pangeran Dipanegara di Magelang (tepatnya setelah penaklukan Kabupaten Panjer di bawah Kolopaking IV dengan pengepungan dan penyerangan besar – besaran oleh Belanda dari tiga jurusan).

Ruwat Bumi Panjer tidak dilaksanakan lagi oleh masyarakat setempat sekitar tahun 1980 semenjak digantinya pimpinan pabrik Sarinabati. Sebelumnya, ruwat bumi Panjer rutin dilaksanakan dengan mengarak kepala Kerbau yang diiringi gamelan mengelilingi kompleks Sarinabati dan menguburnya di salah satu tempat keramat di kompleks pabrik. Ruwat bumi Panjer yang awalnya merupakan agenda tahunan masyarakat Panjer diambil alih penyelenggaraannya oleh pihak NV. Vabrieken Insulinde (setelah Pendopo Kabupaten Panjer dibumihanguskan dan dibuat pabrik oleh Belanda tahun 1851) yang kemudian berubah nama menjadi Mexolie pada awal 1900, berubah menjadi Nabatiasa setelah kemerdekaan dan PMK Sarinabati sekitar tahun 1970 an. Pergantian Pimpinan Sarinabati dan berhentinya kegiatan ruwat bumi Panjer disusul oleh bangkrutya PMK Sarinabati (sekitar tahun 1986).

Pada tahun 2010, Kirab Ruwat Bumi Panjer pun diselenggarakan kembali di prakarasai oleh sekelompok pemuda pelestari budaya (Komunitas Wahyu Pancasila) yang diketuai Oleh: Ananda. R, dan Bambang Priyambodo, S. Sos (keturunan trah Panjer Ki Badranala; Bupati Panjer masa Sultan Agung Hanyakrakusuma). Bersamaan dengan itu, dibangkitkan pula Kesenian Tradisional asli Panjer “ Sendratari Yudha Cakrakusuman Panjer/Ebleg Singa Mataram”.

Meskipun masyarakat Panjer masih kurang perhatian terhadap ruwat bumi tersebut, kegiatan tetap dilaksanakan setiap tahun dijatuhkan pada hari Selasa Kliwon di bulan Muharram/Sura dengan rangkaian kegiatan antara lain :

  1. Pengurasan Sendang Panjer
  2. Ziarah Ke makam Kuwu Panjer, Pamoksan Gajah Mada dan pertabatan Raja – Raja Panjer
  3. Ruwat Bumi
  4. Kirab Tumpeng
  5. Kirab Pusaka
  6. Pagelaran Sendratari Yuda Cakrakusuman Panjer (Ebleg Singa Mataram) yang merupakan kesenian asli dari Kabupaten Panjer yang diciptakan oleh Sultan Agung ketika berada di Panjer.

Pada tahun 2012, Kirab Budaya Ruwat Bumi Panjer ini diselenggarakan oleh Kodim 0709/Kebumen di bawah pimpinan Letkol Dany Rakca Andalasawan S. Ap. Meskipun bukan berasal dari Kebumen, ia bersama seluruh anggotanya dengan penuh semangat mengadakan Ruwat Bumi Panjer. Dany Rakca merasa sangat prihatin, melihat Panjer yang pada masa lalu merupakan suatu daerah penting dalam perjuangan Sultan Agung, Amangkurat I, Pangeran Hamengkubumi/Hamengkubuwana I (Panjer merupakan kekuatan utama Hamengkubumi dalam memenangkan perang hingga tercipta perjanjian Giyanti/dapat dikatakan bahwa Panjer adalah embrio berdirinya Kraton Yogyakarta), Pangeran Dipanegara dan bahkan menjadi pertahanan terluar NKRI (Batalion 64) masa Agresi Militer Belanda II, hingga kini belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat, terlebih dengan adanya perusakan situs – situs penting peninggalan masa lalu yang berada di kompleks pabrik (yang dahulunya merupakan pendopo dan alun – alun Panjer). Menurutnya jika generasi penerus tidak mengenal sejarah dan budayanya maka jati diri bangsa Indonesia akan hilang, dan Bangsa ini pun akan mudah terpecah belah.

Ruwat Bumi dan Pusaka Panjer dilaksanakan pada tanggal 26 – 27 November 2012 bertempat di Makodim 0709/Kebumen. Kirab tersebut diikuti oleh berbagai trah/keturunan pejuang Panjer pada masa Sultan Agung hingga pangeran Dipanegara, organisasi kepemudaan dll.

Pusaka – pusaka peninggalan dari berbagai tokoh pejuang Panjer pun ikut serta di kirab, antara lain tombak Ki Badranala, tombak Adipati Wirasaba (Purbalingga), keris Kolopaking, keris Bupati Wonosobo pra kemerdekaan, Cis Banaspati Jamenggala, Barongan Ki Singa Mataram dll.

Tumpeng dari berbagai trah juga ikut menyemarakkan kirab ruwat bumi Panjer. Satu hal yang berbeda pada kirab tahun 2012 ini adalah adanya Sarasehan Sejarah dan Budaya Panjer yang dipaparkan oleh Ravie ananda, Prof. Damarjati Supadjar, dan Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum.

Selain itu, kirab Ruwat Bumi Panjer yang di gelar TNI Kodim 0709/Kebumen ini juga menampilkan kesenian Jemblung (suatu kesenian tutur asli dari Kec. Ayah Kabupaten Kebumen yang hampir punah).

Letkol Inf. Dany Rakca Andalasawan S. Ap pada penutup kegiatan menegaskan bahwa Panjer merupakan suatu daerah yang sangat penting pada masa perjuangan baik masa perang kerajaan maupun masa perang pasca kemerdekaan.  Peperangan Panjer juga menjadi perang terakhir masa kerajaan di Indonesia. Ia berharap untuk tahun yang akan datang, kirab ini bisa menjadi agenda rutin Pemerintah setempat bekerjasama dengan warga dan semua trah pejuang Panjer. Selain itu, ia juga meminta agar pemerintah setempat memperhatikan situs – situs bersejarah di Kompleks Sarinabati yang kini sedang dikembangkan menjadi tempat wisata dan perhotelan Mexolie Land tersebut. Harapannya, situs  – situs tersebut jangan dirusak atau dihilangkan demi kepentingan tertentu, bahkan apabila situs – situs tersebut dikemas dengan baik, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan menambah aspek wisata religius di kawasan wisata Mexolie Panjer.

 

Kebumen, 30 November 2012
Oleh: Ananda. R

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/11/gunungan.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/11/gunungan-140x140.jpgAnanda. RBudayaEbleg Pakem Panjer,Kirab Budaya Kebumen,Komandan Kodim 0709 Kebumen Letnan Kolonel Infanteri Dany Rakca Andalasawan,Pamoksan Gajah Mada,Pangeran Dipanegara,Perang Dipanegara di Kabupaten Kebumen,Ruwat Bumi Kebumen,Sendratari Yudha Cakrakusuman,Situs Sarinabati Panjer KebumenGuna memantapkan Ketahanan Nasional di wilayah Kebumen, TNI Kodim 0709/Kebumen menggelar Sarasehan, Kirab Budaya Ruwat bumi dan Pusaka Panjer pada tanggal 26 – 27 November 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud nyata TNI sebagai penjaga Ketahanan Nasional dimana salah satu aspeknya adalah Ketahanan Sosial dan Budaya. Kirab Budaya Ruwat...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila