Sendang Arum, Kutowinangun - Kebumen
Sendang Arum, Kutowinangun – Kebumen (panoramio-budisantoso)

Sejarah Sendang Arum yang berada di Dusun Kebejen, Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, tidak bisa dilepaskan dari perjalanan Jaka Sangkrip, tokoh yang bergelar Arungbinang I.

Sejak masa kanak-kanak, kehidupan Jaka Sangkrip yang memiliki nama lain Surawijaya itu memprihatinkan. Keluarganya saja, tidak menrima dia lantaran memiliki penyakit kulit. Sekujur tubuhnya bernanah. Namun, anak berkepribadian hebat itu tidak menyerah. Bahkan saat ia dititipkan ke pamannya yang bernama Hanggayuda, seorang demang di wilayah Kutowinangun.

Di rumah saudaranya itu, Jaka Sangkrip juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari anak–anak Hanggayuda. Enam anaknya enggan bergaul dengannya.

Jaka sangkrip yang menjadi anak angkat Hanggayuda itu pun tidur di kandang kambing. Hingga kemudian dia mengembara ke hutan di Gunung Geyong, Kecamatan Sadang. Jaka Sangkrip bertapa selama 21 hari di tempat tersebut. Saat bertapa, dia ditemui orang tua, yang kemudian memberinya sebuah cincin. Sebelum menghilang, orang tua itu berpesan kepadanya untuk bertapa di dalam perut kerbau.

Jaka Sangkrip pun terus mengembara dan kemudian bertemu dengan ki Rencani di Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, yang memiliki empat kerbau. Menginap di rumah orang bijak tersebut, Jaka Sangkrip kembali ditemui orang tua yang sebelumnya memintanya bertapa di dalam perut kerbau.

Sendang, tempat dimandikannya Jaka Sangkrip
Sendang, tempat dimandikannya Jaka Sangkrip

Jaka sangkrip pun dinaikkan ke punggung salah satu kerbau bule oleh orang tua tersebut. Sekejap kemudian, Jaka Sangkrip masuk ke dalam perut kerbau itu. Ki Rencani tidak mengetahui kejadian tersebut.

Hingga pada suatu malam, Ki Rencani bermimpi ditemui seseorang yang memintanya agar memindah kandang kerbau yang berada di areal pohon Lo. Bekas kandang tersebut dimintanya untuk dikeruk, tepat di bawah pohon tersebut.

Akhirnya Ki Rencani menuruti keinginan mahluk yang hadir dalam mimpinya itu. Dia meminta tetangganya untuk memindah kandang pada pada keesokan harinya, serta mengeruk tanah di bawah pohon Lo. Saat kedalaman tanah tersebut selutut, tiba-tiba amblas dan mengeluarkan air. Dan, jadilah sendang (beji).

Masih tak habis berpikir dengan kejadian yang baru dihadapinya, Ki Rencani kembali bermimpi dan diminta agar kerbau bulenya disembelih untuk selamatan desa. Mahluk yang hadir dalam mimpi itu juga meminta agar sendang tersebut diberi sesaji pada Jumat dan Selasa Kliwon. Keperluannya untuk memandikan Jaka Sangkrip.

Dan, kerbau itu pun disembelih oleh warga. Saat dibelah perutnya, mendadak terdengar suara orang. Warga pun terperanjat kaget, hingga ada yang lari karena ketakutan. Akan tetapi Ki Rencani memberikan penjelasan, lantaran sebelumnya sudah diberitahu lewat mimpi.

Begitu keluar dari perut kerbau, Jaka Sangkrip lantas diberi telur mentah dan tajin untuk dimakan. Di dalam perut kerbau itu Jaka Sangkrip bertapa selama 40 hari. Dia yangmasih belum sembuh dari penyakit kulitnya itu lantas dimandikan di sendang, dan penyakitnya pun hilang.

Pohon Bulu (jawa: Wit Bulu)
Pohon Bulu (jawa: Wit Bulu)

Jaka Sangkrip pamit melanjutkan perjalanannya untuk bertapa di Bulu Pitu, Kutowinangun. Selama delapan hari itu dia sempat ditemui Nawang Wulan, sebangsa Roh Halus yang kemudian diperistri. Dari hasil perkawinan itu, Jaka Sangkrip dikaruniai tiga anak yakni Raden Bagus Klantung, Raden Bagus Cemeti dan Raden Ayu Isbandiyah.

Anak yang bernama Isbandiyah itu kemudian bersemayam di sendang tempat bekas tempat Jaka Sangkrip tersebut. Ki Rencani menyebutnya sebagai Belik Kuwarasan karena mampu menyembuhkan penyakit kulit. Namun kemudian lebih terkenal dengan dengan Sendang Arum karena keluar aroma harum dari sendang tersebut. ”Sendang Arum memiliki nilai sejarah yang tinggi, sehingga keberadaannya perlu dirawat dengan baik,” kata pelaku sejarah dan budaya Kebumen, Ravie Ananda. (Arif Widodo-39) Suara Merdeka Cetak; Rabu, 4 Mei 2011.

https://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/06/sendang-arum-kutowinangun-kebumen.jpghttps://kebumen2013.com/wp-content/uploads/2012/06/sendang-arum-kutowinangun-kebumen-140x140.jpgAnanda. RSpiritualHanggayuda,Jaka Sangkrip,Situs Spiritual,Surawijaya,Tumenggung Arungbinang (Bupati Kebumen)Sejarah Sendang Arum yang berada di Dusun Kebejen, Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, tidak bisa dilepaskan dari perjalanan Jaka Sangkrip, tokoh yang bergelar Arungbinang I. Sejak masa kanak-kanak, kehidupan Jaka Sangkrip yang memiliki nama lain Surawijaya itu memprihatinkan. Keluarganya saja, tidak menrima dia lantaran memiliki penyakit kulit. Sekujur tubuhnya...Kembalinya jati diri Bangsa Indonesia yang berpancasila